Chapter 37 - Yang Tak Diinginkan

356 18 0
                                    

Aku mau curcol dikit. Aku punya kabar mengenaskan: HAPEKU ILANG! :'(  Mungkin jatuh tadi pas aku naik motor. Kebetulan juga posisinya ujan mendadak. Jadi kan panik tuh. Nah pas aku nyadar, hapeku udah nggak ada di kantong. Sumpah rasanya nggak enak banget nggak ada hape yang setiap hari dipegang. AKu udah coba cari tapi nggak ketemu. :'(( Jadi aku minta maaf ya kalo ada typo (masalah spasi khususnya) karena Wattpadku error terus kalo aku update pake laptop.


***


Gordon benar-benar tidak tahu di mana tempat dengan alamat yang tertera di kertas yang dipegangnya. Ia sama sekali belum pernah ke sana semenjak lima belas tahun yang lalu. London sudah banyak berubah, pikirnya. Bahkan ia tidak bisa mengenali dimana dulu biasanya ia dan Charly berhenti untuk mulai menyetop taksi. Perjalanan laut sudah cukup membuatnya mabuk dan sekarang harus ditambah lagi dengan kebuntuan otaknya di tengah kota London. Meski pun dua adiknya ada disana, tapi mereka tidak berguna jika ia bertanya. Mereka malah terlalu asyik dengan keheranan dan pikiran udik mereka sendiri. Ditambah Aloesse, salah satu adiknya yang tinggal di kota itu bahkan menjadi sangat sulit dihubungi dengan telepati. Semua tidak berjalan selancar yang ia pikir. Gordon berhenti sejenak dan mulai mencari cara lain. Mungkin seseorang bisa membantunya mengetahui tempat itu. Jadi mereka bertiga berjalan ke toko aksesoris yang sedang menggelar diskon tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Si pelayan toko, yang tampaknya mahasiswa yang merangkap bekerja di sana akhirnya bertanya, "Apa yang Anda cari?"


"Apa kau bisa memberitahuku di mana alamat ini?" tanya Gordon sambil menyodorkan kertas berisi tulisan Avenue Road No. 16.


"Gunakan saja ponselmu. Aku sedang sibuk," balas pemuda kurus di dalam toko sambil mulai pergi dan menyibukkan diri dengan barang-barang lain di belakangnya. Pengunjung lain mulai berdatangan memilih aksesoris yang dijajakan si pemuda. Itu membuat Gordon dan dua adiknya tersisih. Mereka akhirnya duduk di kursi panjang yang berdiri di pinggir trotoar, menyatu dengan tembok toko.


"Sialan! Ricky tidak bilang fungsi ponsel itu! Aku rasa kita perlu membeli peta, Matt. London sudah banyak berubah."


"Aku tidak tahu untuk apa lampu itu," kata Matt masih dengan mata yang tidak lepas dari traffic light di seberangnya. Ia tidak menggubris perkataan Gordon barusan.


"Membuatnya berhenti, Matt," tanggap Dever.


"Tapi lihat, mereka jalan lagi. Lampu itu juga membuat mereka berjalan."


Gordon mengerang kesal mendengar celoteh adik-adiknya.


"Oh! Mr. Dorse? Kau disini?" seru seorang bocah dua meter darinya.


Gordon mengangkat wajahnya. "Ricky?"


"Ya!"


Mereka tertawa dan saling berpelukan.

The Protecting Blood Where stories live. Discover now