Chapter 11 - Kembali

839 37 0
                                    

Chapter ini mungkin bakal jadi chapter terpanjangku manteman. Ada lebih dari 1700 kata. Hehe. Senang atau nggak yang penting ikutin terus ceritanya yaa...

***

Selamat Membaca! :D

***

Aku mengerjapkan mata beberapa kali. Ternyata semalam aku ketiduran ya.

Aku terbangun dan mendapati Maureen masih ada di sampingku. Tubuhnya bergelung menghadapku, dan tangannya terlipat di depan dada. Pasti ia sangat kedinginan. Aku melepas jaket Charly dari tubuhku untuk kuselimuti pada tubuh Maureen. Ia tersenyum dalam mimpinya. Setelah itu mataku beralih pada sosok di belakang Maureen. Siapa lagi jika bukan Stefan. Dan terakhir pada pria berambut pirang di pojok tenda. Kulihat pria itu duduk memeluk lutut sambil memejamkan mata. Ia pasti ketiduran.

Pria itu adalah Alexander Jared Turner. Tapi sejak kecil aku lebih suka memanggilnya Jerry, meskipun orang-orang rumahnya semua memanggilnya Alex. Aku tidak peduli. Aku sering membuat nama panggilan dari nama tengah orang lain. Mungkin karena pengaruh kebiasaanku juga sih. Kedua orang tuaku tidak pernah membuatkan nama panggilan untukku. Mereka biasanya memanggilku PJ. Tapi aku sama sekali tidak menyukainya sebenarnya. Jadi kukarang saja nama panggilan untukku sendiri. Aku dengan bangga bilang namaku Juney.

Oke, kembali pada pria berambut pirang itu-sejujurnya aku juga sama pirangnya. Aku lebih suka namanya terdengar berbeda saat kusebut. Itu menjadi sebuah tanda bahwa kami memang bersahabat. Bahkan sejak kecil.

Pria itu, yang kupanggil Jerry, termasuk laki-laki yang punya banyak bakat. Termasuk menggoda gadis-gadis di kampus. Ia beberapa kali menang dalam kompetisi surfing antarkota. Ia juga suka musik. Aku pernah mendengarnya bermain piano di malam tahun baru di rumahnya. Ia sangat manis saat bermain piano.

Dan tentang sifatnya, ia adalah orang yang humoris, tapi di saat-saat tertentu ia sangat sensitif dan emosional. Aku selalu membenci sikapnya yang selalu terburu-buru menghakimi orang lain. Tapi aku juga tidak memungkiri ada banyak kelebihan Jerry yang tidak ada pada diriku. Aku menyukai pemikirannya yang terbuka pada hal-hal baru, terutama selera fashion-nya yang selalu berubah setiap hari. Ya kumaklumi karena ia memang tergolong keluarga kelas atas. Meski begitu, ia tidak pernah membeda-bedakan temannya berdasarkan kekayaan. Itulah yang membuatku bisa bertahan menjadi temannya sampai detik ini. Mungkin karena tidak ada pria lain yang benar-benar bisa kupercaya selain dirinya di dunia ini setelah ayahku meninggal saat usiaku enam tahun. Di waktu-waktu tertentu ia seperti kakakku. Tapi terkadang ia juga sangat kekanak-kanakkan. Terutama saat kami berdua biasanya pergi jalan-jalan, berbelanja bajunya atau sayuran pesanan Mom di mall. Ia selalu menggelendot padaku. Tentu saja aku risih. Selalu, setelah itu sebuah pukulan keras mendarat di kepalanya. Aku menjitaknya, agar ia tahu rasa!

Aku tersenyum beberapa lama, dan mendapati seseorang yang sejak tadi menjadi topik lamunanku masih memejamkan matanya dengan tenang. Ia tampak tidak terusik sama sekali.

Kulirik jam tanganku. Menunjuk pukul 07.02. Aku keluar tenda sambil menarik napas dalam-dalam. Kulakukan sedikit olahraga kecil untuk melenturkan otot yang mulai kaku karena tidur di atas pasir yang hanya dilapisi bahan tenda. Aku menyatukan jari-jari tanganku dan menariknya ke atas sambil dimiringkan ke kanan dan ke kiri. "Sudah lebih baik sekarang," gumamku lirih.

Aku melanjutkan olahragaku dengan berlari kecil di sekitar tenda. Aku masih konsentrasi pada gerakan kakiku saat lama-kelamaan aku merasa ada yang sedang memperhatikanku di balik pohon yang tak jauh dariku. Jantungku terpacu degan cepat. Bukan karena gerakan tubuhku, tapi karena aku baru saja seperti melihat sekilas bayangan orang yang kemudian hilang saat kutatap arah datangnya kecurigaanku itu. Didorong keyakinan dan rasa penasaran tentang sosok manusia yang baru kulihat itu, aku memutuskan mendekati pohon besar-entah apa jenisnya-yang berdiri paling angkuh di antara pohon-pohon yang lain. Kakiku bergerak maju dan mulai masuk ke tepi hutan.

The Protecting Blood Where stories live. Discover now