7.1

11.9K 1K 11
                                    

Angin laut menerpa kulit kami. Mengacak rambutku dan Becky yang masih setengah basah. Meski ini jenis angin yang bisa membuat menggigil dalam hitungan jam, kami cukup menikmati ini.

Aku dan Becky tengah berjemur di dek kapal sambil menikmati jus jeruk. Menikmati teluk yang perlahan mulai lengang. Becky menutup matanya dengan kacamata hitam, begitu juga denganku. Sebenarnya aku tidak yakin bahwa ini adalah berjemur karena kami berpakaian lengkap. Aku mengenakan kaos dan boxer. Becky bilang dia tidak memperhitungkan untuk membawa bikini, jadi dia mengenakan kaos dan celana jins pendek, sementara rambutnya masih setengah basah—padahal naluri laki-lakiku sangat ingin melihatnya berjemur dengan bikini.

"Apa aku bisa memanggilmu dengan sebutan sayang?" tanyaku.

Aku tidak tahu apakah Becky tertidur atau tidak di balik kacamatanya. Tapi dia menjawab. "Hmm."

"Apa itu artinya ya?"

"Hmm."

"Aku lebih suka bahwa itu jawaban ya." Aku menyukai setiap wanita yang menerima ajakanku.

Becky terkekeh. Menaikkan kacamatanya dan menengok padaku. "Kau arogan sekali, sayang."

"Aku tidak arogan. Aku ingin mengambil hakku untuk memanggil pacarku dengan sebutan sayang, atau Becky-ku, atau sweetheart—"

"Becky-mu, ya?"

Aku terkekeh. "Apa kau menyukainya?"

"Hmm? Aku masih memanggilmu Mr. Morgan."

"Itu hanya terjadi di kantor, Bec. Mungkin tidak jika di ruanganku." Aku mengerling padanya.

Dia tersenyum jail padaku. "Apakah kau sedang merayu asistenmu, Mr. Morgan?"

Aku tertawa. Ya Tuhan, ternyata Becky yang lebih hangat juga suka menggoda. "Aku harus mencoba ribuan cara. Kemudian barulah kau menyadari bahwa aku merayumu—setelah seribu cara, Bec!" Dia harus mengetahui yang satu itu.

"Aku sudah menyadarinya," semburnya. Ia memutar matanya dan aku baru pertama kali mendapatinya melakukan itu padaku. "Aku hanya baru saja mengatakannya."

Aku mencibir. "Kau menyebalkan."

"Kau kejam," balasnya mencibir.

"Dan akhirnya kau takluk di bawah Si Kejam." Aku menarik turunkan alisku untuk menggodanya.

"Dasar sombong." Becky kembali memposisikan dirinya. Menurunkan kembali kacamatanya.

"Aku bisa menyombongkan diriku sekarang. Aku menginginkanmu dan aku mendapatkanmu. Apakah kau melihat betapa beruntungnya aku?"

Becky mengalihkan pandangannya padaku. Semu di pipinya kembali muncul.

"Aku merasa lapar," gumamku."

Becky tertawa. Melepaskan kacamatanya, ia mulai beranjak. "Mari kita lihat dapurmu, Johnny. Ternyata aku juga lapar. Mungkin aku menemukan sesuatu dan bisa memasaknya. Apakah kau mau sesuatu?"

"Aku suka masakanmu. Apapun akan terasa menyenangkan jika bersamamu. Kupikir aku akan ikut kau main masak-masakan."

Dengan itu aku mengikuti Becky ke dapur. Yah, kulkas di sini memang sudah diisi beberapa kebutuhan. Becky tidak perlu khawatir kehabisan makanan.

"Bagaimana dengan sandwich? Kupikir kau punya banyak bahan untuk isiannya."

"Aku ingin satu, yang terlezat."

Becky tertawa menggelengkan kepalanya. Namun ia mengambil bacon, keju, dan roti lapis. Mencuci selada dan tomat. Tangannya lihai seperti biasanya ketika berada di dapur. Aku menyukai ketika dia berada di dapur. Kali ini ia di dapurku. Sementara aku mengamati gerak-geriknya sambil menyandarkan lenganku di meja bar.

Cursed on YouWhere stories live. Discover now