Bab 7 [Revisi]

166K 10.3K 142
                                    

"Lepaskan."

"Apa?"

"Gue akan memberi penjelasan saat lo melepas tangan itu." Radit berkata tajam. Mata hitamnya menatap Demi dengan pandangan memerintah. Membuat pria itu paham dan perlahan melepas genggaman di tangan Selina.

Ada apa dengan pria itu. Kenapa berkata galak dengan temannya sendiri. Melepasku? Jangan-jangan ia pikir aku ini kuman yang tak pantas disentuh.

Selina sudah berpikir jelek. Tak paham maksud di balik ucapan Radit.

"Jadi kenapa? Kenapa lo merekrut seseorang yang baru lo temui tanpa memberitahu gue."

"Sejak kapan lo menjadi istri gue. Haruskah gue melapor penghasilan bulanan gue juga sama lo?" Radit bertanya dengan nada sarkatis. Rasa kesal masih memenuhi rongga hati pria itu.

"Lo tahu maksud gue. Gue hanya tidak ingin lo kembali melangkah salah."

"Terlambat. Gue sudah menerima semua balasan itu."

"Apa maksud lo?" Demi bertanya karena semakin tidak mengerti dengan ucapan sahabatnya.

Balasan?! Balasan apa maksudnya?!

Radit hanya menutup rapat mulutnya. Tetap diam dengan tawa miris menatap Demi. Sementara Selina, ia hanya bolak-balik menatap Demi dan Radit bergantian karena tidak paham.

"Bisakah aku bertanya?" Akhirnya Selina memberanikan diri membuka suara. Membuat dua pasang mata bersamaan melihatnya.

"Kalau boleh tahu, kalian ini sebenarnya lagi ngomongin aku atau enggak, ya? Kalau memang benar, tolong bicaranya pakai bahasa manusia, jangan bahasa kalbu begini, agar aku paham."

Satu detik. Dua detik. Tiga detik dan suara tawa membuncah. Kedua pria itu lagi-lagi sibuk dengan dunia sendiri, meninggalkan Selina yang masih bengong tak mengerti letak kelucuan ucapannya.

******

Gila. Orang nanya malah dicuekin. Dasar pria-pria enggak waras.

Radit yang pertama kali berhenti dari tawanya. Baru kemudian disusul Demi yang masih melihat geli Selina.

"Aku manusia bukan badut, loh. Kalian enggak sopan banget ngetawain orang di depan mukanya." Wajah wanita itu berubah masam. Sudah amat sebal dengan Demi dan Radit.

"Hahaha. Aku tidak lagi tahan. Sebaiknya aku pergi dari sini sebelum kotak tertawaku habis." Demi berbalik. Sembari melambaikan satu tangan seolah menyerah.

"Lo tidak lagi ingin bertanya?" Radit berusaha memastikan.

"Percuma juga bertanya jika tidak dijawab. Dan untukmu, kuharap kita bisa selalu bertemu ke depannya." Demi kembali menoleh untuk melihat nakal Selina. Membuat wanita itu merinding karena ngeri.

"Oh, iya! Jangan lupa namaku Demi. Hanya Demi untukmu tanpa embel-embel 'Pak' di depan."

Memang tidak pantas dipanggil 'Pak'. Kamu itu lebih mirip om-om tahu.

 Kamu itu lebih mirip om-om tahu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[End] Behind The ColorWhere stories live. Discover now