Bab 9 [Revisi]

147K 9.4K 54
                                    

Kruk!

Selina kelaparan. Ia hanya makan sekali hari itu dan belum makan lagi hingga malam. Tenaganya pun sudah terkuras habis karena marah dengan Radit.

Dasar brengsek! Gara-gara dia aku jadi kelaparan seperti ini. Jika tadi aku tidak ke sana, pasti tenaga ini masih ada.

"Hah! Lapar!" Ia berteriak. Memenuhi ruangan tanpa jawaban.

Tok! Tok! Tok!

Selina bangun. Kaget ketika mendengar pintu rumahnya digedor.

Siapa pula malam-malam begini yang datang kemari.

Wanita itu berdiri. Bangun dengan cepat lalu berjalan ke depan. Diintip sedikit tamu yang tidak diketahui itu dari balik kaca.

Indri! Ada apa dia malam-malam ke sini. Aura warnanya merah sekali pula. Dia marah? Tapi kenapa?

Selina membuka. Dan seketika, saat pintu itu terbuka. Wanita yang mengaku sebagai sahabatnya sejak SMA tersebut, segera menghambur. Mencekik pelan Selina sampai bayangan itu muncul.

*******

Selina melihat. Indri yang dipecat paksa. Raut wajah kecewa dan marah yang memenuhi benaknya. Dan saat kepingan masa lalu selesai. Selina menatap nanar Indri.

"Kamu?! Apa yang sebenarnya kamu lakukan dengan dia?!"

Aura merah berganti menjadi putih. Bayangan masa depan kini terlihat. Dalam benak Selina kini terputar adegan Indri yang menangis di satu ruang. Memeluk anaknya dengan amat sedih. Dan lagi-lagi besitan cerita itu selesai.

Indri masih menangis. Melonggarkan genggaman tangan di leher Selina. Membuat wanita itu diam tak mampu berkata-kata.

"Bagaimana ini?! Bagaimana bisa aku hidup sekarang?!"

Indri berlutut. Bingung meratapi masa depan yang tak jelas. Selina sadar. Indri yang kini sudah tak lagi memiliki suami pasti akan sangat berat menanggung beban keluarga kecilnya.

"Maaf." Ia hanya bisa mengatakan satu kata itu. Memeluk Indri sekuat mungkin dengan mata abu yang sudah berair.

"Maaf." Berulang kali ia ucapkan. Dan dalam hati Selina bersumpah. Ia akan mendatangi Radit dan membuatnya menarik pemecatan Indri.

*******

Selina menunggu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selina menunggu. Setelah berhasil mendapatkan nomor ponsel Radit dan menghubunginya, ia memutuskan untuk bertemu dengan pria itu di sebuah kafe.

Dan sekarang, tanpa memesan apa pun, Selina hanya bisa terus melihat sekeliling. Merasa sedikit malu dan kesal. Ia tidak punya banyak pilihan. Harga seluruh menu di kafe dekat kantor Radit ternyata memasang harga yang tidak manusiawi. Bahkan, uang Selina tidak cukup hanya untuk sekedar memesan segelas teh.

Radit sialan! Kenapa juga pria itu tidak muncul juga?!

*****

"Maaf aku telat."

Kursi di hadapan Selina ditarik dan diisi oleh seorang pria. Radit telat lima belas menit. Benar-benar membuat jengkel.

"Apa maksudmu?!" Selina bertanya tajam. Tidak ingin berbasa-basi.

"Kita bahkan belum memesan makanan. Tunggu sebentar."

Radit mengangkat satu tangan. Memberi kode pada pelayan untuk datang. Dan saat si pelayan memberi dua buku menu, Selina sama sekali tak menyentuh.

"Kamu tidak ingin memesan apa pun?"

"Aku tidak punya uang."

"Aku yang membayar."

"Tidak mau. Aku tidak ingin menggunakan uangmu."

Radit tersenyum. Senang dengan kata pedas Selina.

"Pesan dan makanlah. Aku tidak akan bicara apa pun sampai kamu melakukan apa yang kuperintah."

Sialan. Pria ini ternyata lebih busuk dari seorang brengsek! Jika bukan karena ingin merubah masa depan Indri, aku tidak akan sudi melakukan semua ini.

Selina menurut. Mulai memilih menu dan mengatakan sekilas pada pelayan, membuat Radit tersenyum puas.

******

"Aku sudah melakukan apa yang kamu pinta, jadi sekarang bicaralah."

"Bicara apa?"

"Kenapa kamu memecat Indri?!"

"Kamu menuduh?" Satu alis pria itu terangkat seolah tidak mengerti. Benar-benar membuat muak.

"Aku bisa melihat masa lalu. Dan atasan Indri. Hanya karena perintahmu ia membuat keputusan itu."

Bahkan pintar wanita ini juga sama. Maria. Aku akan menebus semua dosaku sekarang.

"Kamu benar. Memang aku yang memecat dia."

"Kenapa?!"

Minuman mereka datang. Menyela pembicaraan rumit itu. Dan tanpa sempat minum, Radit kembali berbicara.

"Karena aku ingin memilikimu."

"Kamu gila!" Suara Selina meninggi, membuat beberapa orang melihat mereka. Radit tidak peduli. Selama wanita itu bersamanya, ia tak melihat pandangan orang.

"Terserah. Tapi aku memang menginginkan dirimu."

"Kenapa?!"

Radit tersenyum dengan maksud rumit. Membuat Selina tidak bisa membacanya. Bahkan saat wanita itu menurunkan sedikit kacamata hitamnya untuk melihat aura Radit, Selina kecewa. Ia tidak bisa melihat apa pun di sana.

"Cabut kata-katamu."

"Tergantung pada keputusanmu."

"Keputusan apa?!"

"Menjadi milikku dan hidup nyaman. Atau menolak dan aku akan terus membuatmu sengsara."

Selina sudah mengepal buku-buku jemari menahan marah. Ia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikir Radit.

******

Mata abu wanita itu melihat marah

Sementara mata hitam Radit tertawa senang

Kedua orang yang berbeda itu

Pada akhirnya akan terhubung pada satu ikatan sulit yang tak akan berakhir

*******

Yaaa!!

Aku kembali update lagi

Jangan lupa vote, follow, sama komentar

-XOXO

[End] Behind The ColorWhere stories live. Discover now