Bab 20 [Revisi]

148K 7.6K 60
                                    

"Jadi apa yang kamu rencanakan?" Demi bertanya pada wanita yang duduk di sampingnya. Selina. Saat ini mereka berdua sedang duduk, di bangku panjang yang ada pada satu taman dekat kantor.

"Tidak ada rencana apa pun. Aku hanya menjalani saja apa yang bisa aku lakukan saat ini." Selina menjawab. Masih menatap lurus, tidak mau melihat Demi.

"Lalu Radit. Apa hubunganmu dengan dirinya?"

"Hubungan aneh yang terasa rumit. Entahlah. Aku juga tidak bisa mengerti hubungan kami sampai sekarang."

Demi diam. Menatap lekat Selina dan tampak memikirkan sesuatu.

"Kamu. Kamu sebaiknya jangan jatuh cinta padanya."

Selina menoleh. Melihat warna serius Demi dan bertanya, "memang kenapa?"

"Pria itu. Kupikir ia terlalu sulit untuk kamu sentuh."

"Apa karena statusku?"

" Bukan."

"Lalu karena apa?"

"Karena masa lalu dirinya yang terlalu gelap untuk kamu terima."

Selina mengerjap pelan. Masih melihat Demi, berusaha mengolah segala informasi yang ada.

"Tapi masa lalu... Bukankah semua punya satu atau dua masa lalu yang kelam dan sulit untuk dibicarakan? Seperti dirimu. Aku yakin kamu juga punya hal yang menyedihkan, bukan?"

Dan ucapan itu tepat mengenai hati Demi. Membuat warna pria itu sekejap berubah menjadi terkejut.

"Aku pergi dulu." Selina bangun. Melihat Demi sekilas dari bahunya dan berjalan menjauh.

"Selina!" teriak Demi.

Selina terhenti. Menoleh ke belakang, melihat pria yang meneriaki namanya.

"Kamu bisa bergantung padaku. Jika ada yang terjadi, datanglah padaku."

"Baiklah," jawab wanita itu masih dengan senyuman.

******

"Argh! Kalah lagi!" Selina melempar asal ponselnya karena kesal. Kemenangan yang tak kunjung diraihnya, membuat ia geram.

"Hah... Lalu sekarang aku harus apa?" Selina menatap luar. Melihat pemadangan kota karena merasa bosan. Sudah satu jam ia menunggu Radit di ruangannya, tapi pria itu tak kunjung kembali dari rapat.

Jika selama ini, harusnya lebih baik aku di rumah saja.

Karena bingung, maka Selina memutuskan untuk tidur sejenak. Menyandarkan kepala di atas meja. Menanti si tunangan untuk segera kembali.

*****

Radit tersenyum. Membelai lembut helai-helai rambut Selina dengan sayang. Wanita yang biasanya selalu penuh energi itu, kini sedang tidur lelap bagai seorang malaikat.

Ya. Selina memang malaikat. Malaikat yang dimiliki olehku seorang.

Lalu karena belaian itu tak kunjung terhenti. Membuat sadar wanita yang sedang tertidur tersebut. Maka, Selina perlahan membuka mata. Mengerjap beberapa kali, kemudian bangun dan melihat si pelaku yang menggangu tidurnya.

"Radit?" Wanita itu bertanya memastikan. Yang dijawab senyuman oleh si pria.

"Kamu tidur dengan nyenyak."

"Iya. Tadi aku ngantuk dan bosan, makanya ketiduran."

"Kalau begitu bersandar saja padaku. Jangan di atas meja."

[End] Behind The ColorWhere stories live. Discover now