Bab 13 [Revisi]

152K 8.9K 63
                                    

Selina masak dengan bahagia. Masih merasa senang karena bisa kembali hidup layaknya orang normal.

Ini semua berkat pria itu. Tidak buruk juga bekerja sama dengannya.

Wanita itu tersenyum manis. Mengangkat penggorengan dan menaruh isinya di atas piring. Kemudian, dengan cepat ia merendam penggorengan tersebut dalam air agar tidak meninggalkan kerak.

Sayangkan jika penggorengan baru rusak.

Ya. Seluruh perabot dalam rumah Selina memang telah diganti. Ditambah dan dihias semakin cantik. Belum lagi isi kulkas wanita itu yang juga diisi penuh. Bahkan, sebelum pergi, Radit menyerahkan satu buku tabungan beserta kartu atm yang telah diisi.

Dan Selina menerima semua itu tanpa penolakan.

Toh, aku sudah mengulur waktu kematian dia. Ditambah rela menjadi tunangan. Benar-benar pantas bukan untuk mendapat bayaran!

Dalam hati, ia berusaha membenarkan tindakannya. Sembari membawa piring dengan nasi goreng yang mengepul di tangan, Selina terus berusaha untuk menerima kondisi itu.

*****

Tring!

Mata wanita itu langsung melihat isi layar. Masih dengan mulut penuh, Selina mencoba untuk membuka pesan yang baru masuk.

[Indri: Apa yang kamu lakukan?]

[Selina: Maksudnya?]

[Indri: Kenapa tiba-tiba perusahaan manggil balik aku. Pasti ada sesuatu.]

[Selina: Cuma kerjasama biasa. Anggap saja aku menjual jiwa ke iblis.]

[Indri: Hah?! Maksud kamu?! JELASIN!]

[Selina: Panjang. Besok kamu juga tahu, kok.]

Selina menyudahi pesan terakhirnya. Dimatikan ponsel itu dan ia kembali melanjutkan makan.

Besok aku akan bertunangan. Berita pasti akan menyebar dengan cepat. Terlebih dengan reputasi besar Radit. Dan aku. Nama keluargaku pun akan kembali terangkat.

Pilihan bagus Selina. Kamu tidak perlu menjelaskan pada Indri. Wanita itu. Nanti juga akan sadar akan kondisi yang sebenarnya.

*******

[Tunangan?! Gila! Pacar aja enggak punya, lo mau tunangan?! Enggak mungkin! Mustahil!]

Demi berteriak penuh penyangkalan. Membuat Radit sedikit menjauhkan ponsel dari telinga. Dan setelah pria itu berhenti bicara, ia baru mendekatkan kembali ponselnya.

[Gue serius. Wanita kemarin yang lo tarik. Gue akan tunangan sama dia.]

[Hah?! Jangan macam-macam, Dit. Gue tau pasti ada yang enggak beres di sini.]

[Enggak ada yang salah. Gue pria dan dia wanita. Kita tunangan. Apa yang salah di sini?]

[Pola pikir lo! Belum ada seminggu mungkin lo ketemu dia. Dan lo mau tunangan?! Di acara ulang tahun kantor pula?!]

[Gue cuma ngabarin. Biar lo enggak kaget. Pendapat lo tentang ini bukan masalah buat gue.]

Radit mematikan sambungan. Mengabaikan setiap panggilan balik dari Demi. Ia tidak lagi peduli. Pria itu sudah terlalu banyak ikut campur dalam hidupnya.

*******

Selina membuka pintu. Melihat dua orang wanita dengan tangan penuh.

[End] Behind The ColorWhere stories live. Discover now