Seperti hari-hari biasa. Selina tidur dengan amatberantakan. Kaki dan tangan yang tak bisa diam, ditambah lagi dengan suaralanturan yang sering diucapkan wanita itu. Membuat Radit tak bisa tidur danmemilih untuk duduk di sofa sembari memperhatikan wanitanya tersebut.
Ia tersenyum. Merasa lucu dengan takdir yang mempertemukan dirinya dan Selina.
Kutukan, ya? Apa benar semua kematian itu adalah bagian dari rencana Maria? Lalu, apa wanita itu juga sengaja mengirim Selina untukku? Agar makin membuatku sakit dan sekarat?
"Selina. Bisakah kamu tetap selalu di sisiku? Jangan pergi dan selamanya bersamaku?" Radit bergumam sendiri. Bertanya pada wanita yang sekarang masih sibuk berkhayal di dunia mimpi.
*****
Mata Selina perlahan mulai membuka. Tak lagi nyaman dalam tidurnya yang sudah terlalu lama. Dan saat wanita itu bangun, terduduk di atas ranjang masih tanpa busana, ia hanya bisa bengong. Berusaha memproses dan mencerna situasi yang sedang terjadi.
Ah, benar! Semalam aku melakukan hal itu dengan Radit!
Memikirkan malam panas tersebut membuat Selina kembali memerah. Antara malu dan senang bercampur menjadi satu di hati wanita itu.
Kemudian, karena tak mampu menemukan Radit di kamar, maka Selina berdiri. Memutuskan untuk memungut dan memakai kemeja pria itu yang dianggapnya cukup besar, lalu keluar begitu saja setelah terakhir mengenakan pakaian dalam terlebih dahulu.
Drap! Drap! Drap!
Selina setengah berlari dan ketika melihat Radit yang sedang berada di dapur, maka ia memanggil.
"Radit..."
Membuat pria yang merasa terpanggil itu menoleh dan tersenyum pada Selina.
"Kamu sudah bangun?"
"Sudah. Kamu mau kemana dalam keadaan rapih begitu?" Selina bertanya sembari duduk di salah satu counter.
"Kerja. Aku masih harus datang ke satu rapat hari ini," Radit menjawab dan memberi Selina sepiring sarapan, kemudian duduk berhadapan dengan wanita itu.
"Aura hitam masih ada di sekitarmu." Tangan Selina terangkat. Membelai lembut pipi Radit dan melihat bayangan yang sama.
"Aku tetap harus pergi. Takdir itu tidak selamanya harus dihindari." Radit menyentuh dan menggenggam tangan Selina yang masih di atas pipinya.
"Lalu kamu akan melakukan apa?"
"Bersembunyi dalam kantor?"
"Tetap tidak aman. Bisa saja kamu ditusuk saat berjalan masuk ke kantor." Selina mendebat khawatir, membuat hati Radit menghangat.
"Tidak akan. Hal seperti itu tidak akan terjadi."
"Tetap tidak ada jaminan. Jika kamu masih bersikeras mau ke kantor, maka aku akan ikut!"
YOU ARE READING
[End] Behind The Color
Romance[Romance - 18+] Follow dulu, baru dibaca. -Damara Selina Handoko- Wanita cantik yang bagai bulan Aku tidak ingin melihat. Tidak pula ingin bernapas dan hidup. Tapi tuhan memaksa. Membuat diriku kembali berjalan dalam bara neraka. Terlebih saat aku...