5) Thank You, Bad Boy

497K 30.3K 5.5K
                                    

Ocha memijat pelipisnya perlahan, pusing karena kelelahan. Tadi malam Bella menyuruhnya mengerjakan PR yang cukup banyak. Ditambah lagi dia harus mencuci seluruh pakaian anggota keluarganya. Sekuat-kuatnya Ocha, dia hanya anak yang masih berusia 14 tahun. Bahkan robot pun bisa rusak jika terlalu sering bekerja.

"Cha, lo sakit?" tanya Lisya cemas, melihat wajah Ocha yang tampak pucat.

"Enggak kok. Cuma agak pusing dikit," jawab Ocha.

Mata Lisya membelalak dan cepat-cepat mengeluarkan tisu dari dalam tasnya. "Astaga, Cha. Lo mimisan!"

Ocha mengusap hidungnya, mendapati darah merah segar di ujung jarinya. Lisya dengan sigap membantu Ocha membersihkan darah tersebut.

Ocha tercenung sejenak. Akhir-akhir ini, ia merasa agak tertekan dengan perlakuan Bu Dinar dan Bella yang semakin hari semakin keterlaluan. Selain itu, dia juga tidak bisa setiap saat bertemu dengan Arvind. Sementara kesialan loker 89 membuatnya semakin frustrasi.

"Kayaknya lo harus ke UKS deh," saran Lisya.

Lisya membantu Ocha berdiri dan  memapahnya menuju UKS. Namun sebelum mereka membuka pintu, mata Ocha mulai berkunang-kunang, pandangan matanya semakin lama semakin memudar, lalu ia mulai kehilangan kekuatannya, terjatuh di atas lantai begitu saja.

"Ocha! Ocha! Bangun, Cha!" ujar Lisya panik.

Lisya langsung membuka pintu UKS, berharap ada seseorang yang mau menolongnya membawa Ocha ke tempat tidur. Namun mulutnya mengatup rapat, melihat di dalam UKS hanya ada Sean dan Axel yang berleha-leha di ranjang UKS.

"Butuh bantuan, nona cantik?" tanya Axel dengan nada menggoda. Tidak bisa dipungkiri kalau Lisya memang cantik.

Lisya mengangguk. Dia menunjuk ke arah pintu. Axel lantas berdiri dari tempatnya lalu membuka pintu UKS. Ia tampak biasa saja melihat seorang gadis tengah terkapar di atas lantai. Pikirnya, itu adalah tindakan modus yang biasa dilakukan para cewek yang menggilai ketampanannya.

"Oi, bangun, jelek!" Axel mengoyak pelan tubuh Ocha dengan kakinya. Lisya tak berani protes.

"Kalau yang modus itu cewek cantik, pasti gue gendong dengan senang hati. Lha elo? Bangun, Lek, Jelek! Oi!" Axel masih mengoyak tubuh Ocha dengan kakinya. Ia bahkan tak sudi duduk di sebelah Ocha walau hanya untuk mengecek.

Sean merasa terganggu. Ia melepas headset di telinganya, berjalan keluar, tak sengaja menyenggol pundak Axel, menggendong Ocha ke dalam UKS, lalu membaringkannya di salah satu tempat tidur.

"Terima kasih, Kak Sean," ucap Lisya.

Sean meraih tangan Ocha, memeriksa denyut nadinya, melihat wajah Ocha yang pucat pasi, Sean tahu dengan benar bahwa Ocha tidak sedang berpura-pura hanya untuk mencari perhatian.

Sean keluar UKS tanpa berkata apa-apa. Dia tak perlu mengkhawatirkan Ocha karena Bu Susan sudah datang. Tugasnya sebagai superman sudah selesai.

Kriiiing...

Bel sekolah berbunyi, tanda jam pelajaran pertama akan dimulai. Lisya tak bisa menunggui Ocha di UKS karena ia harus segera kembali ke kelas. Lagipula, Bu Susan sudah merawat Ocha. Ia seharusnya tak cemas lagi.

"Bu, saya ke kelas dulu. Nanti jam istirahat, saya ke sini lagi. Tolong jagain teman saya ya, Bu," kata Lisya.

"Iya, cepetan masuk, sebelum terlambat," sahut Bu Susan.

Axel memasuki UKS dengan perasaan sedikit bersalah setelah Lisya kembali ke kelas. Ia sengaja merebahkan tubuhnya di ranjang yang bersebelahan dengan ranjang Ocha.

I am in danger [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now