9) I Have Headache!!

455K 28.2K 4.3K
                                    

Setelah pulang dari bimbingan olimpiade, Ocha kembali ke kos-kosan, mengerjakan setumpuk tugas dari Sean, lalu membaca ulang tugas-tugas tersebut. Ia tak mau ada kesalahan sedikit pun sebelum ia berani menyetorkan tugas tersebut pada Sean nanti sore.

Bahkan di hari Sabtu seperti ini, Ocha tidak mempunyai waktu untuk beristirahat. Selain mengerjakan soal-soal dari Pak Suripto, ia juga harus menyelesaikan setumpuk tugas dari Sean. Terlebih lagi, di hari minggu, Ocha harus meluangkan waktunya untuk menjadi manager Band Metafora.

"Syukurlah! Akhirnya selesai juga!" Ocha mengangkat tangannya ke atas, mencoba meregangkan tulang punggungnya yang terasa kaku karena terlalu lama duduk, membaca buku-buku ilmiah.

Ocha melihat ke arah jam dinding yang menggantung. Matanya langsung melebar kaget. Tak terasa jarum jam pendek sudah hampir mendekati angka empat. Karena terlalu asyik membaca, Ocha jadi lupa waktu yang tentu saja ia juga lupa bahwa ia ada janji dengan Sean bertemu jam empat tepat.

Ocha segera memesan ojek online, menunggunya beberapa menit, memakai helm, dan langsung menyuruh si tukang ojek untuk mengebut menuju restoran cepat saji yang tak jauh dari sekolah. Setelah membayar, ia berlari memasuki restoran, mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, mencari tempat Sean duduk. Ocha langsung berlari lagi menuju meja yang berada di dekat jendela. Ada Sean di sana.

"Maaf, Kak. Saya terlambat," ujar Ocha dengan napas ngos-ngosan.

Sean melihat datar wajah Ocha yang tampak dipenuhi keringat. Ia melihat arlojinya lalu tersenyum miring.

"Lo telat 10 menit lebih 27 detik," ungkap Sean.

"Maaf," kata Ocha yang belum berani mengambil tempat duduk.

"Gue akan potong gaji elo 500 perak per detik."

"Ha?" Ocha spontan terperanjat kaget. "Kalau saya telat 10 menit 27 detik, berarti gaji saya dipotong sebesar 313.500 rupiah dong?"

Sean mengangguk singkat sembari melipat tangan. "Gue akan ajari elo tentang arti disiplin. Ngerti?"

"Iya." Ocha menjawab enggan. Rasanya ia ingin sekali mencakar-cakar wajah Sean karena telah seenaknya memotong gajinya.

"Ngapain bengong? Cepetan duduk dan tunjukkan hasil kerja lo!"

Ocha cepat-cepat duduk, takut membuat Sean marah. Ia tak mau gajinya dipotong lagi.

***

Senyum Ocha merekah sempurna ketika melihat Arvind yang sudah berada di depan kos-kosannya. Mungkin mulai sekarang, waktunya bersama Arvind akan semakin berkurang karena pekerjaannya. Oleh karena itu, setelah pulang dari ruang ekstra Band Metafora, ia berniat pergi berkencan untuk menghilangkan stress.

"Ayuk!" ajak Arvind.

"Oke. Ayuk!" sahut Ocha penuh semangat. Ia segera memakai helm dan menaiki motor Arvind.

"Ini tujuannya ke Delton kan?"

"Iya. Ke Delton. Nanti jemput aku jam 1 siang, Vind. Aku udah selesai kerja."

"Oke. Pegangan yang erat. Kita bakal ngebut nih."

"Ih apaan sih? Modus banget." Ocha tertawa kecil.

Bersama Arvind, ia merasa beban di hidupnya berkurang setengah. Arvind selalu bisa membuatnya tersenyum dan tertawa. Meskipun Arvind terkadang menjengkelkan, Ocha sangat bersyukur memiliki Arvind.

***

Dram tak bum bum tak

Bima memainkan drumnya lalu ia terhenti karena masih merasa heran dengan keputusan Axel yang menerima Ocha sebagai manager Band. Dari segi fisik, Ocha jelas-jelas tidak memenuhi kriteria cewek idaman Axel.

I am in danger [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now