11) The Strange Feel

431K 28.5K 1.9K
                                    

Ocha tercekat melihat Sean yang berenang dengan begitu lincah seperti lumba-lumba. Ia kemudian berdehem lalu berjalan menuju dapur.

"Oi!" panggil Sean. Dia sudah menepi di pinggiran kolam renang.

Langkah kaki Ocha terhenti, menoleh ke arah kolam renang. Ia menunjuk dirinya sendiri, memastikan bahwa Sean baru saja memanggilnya.

"Iya. Elo. Emangnya gue manggil siapa? Setan?" tanya Sean. Nada bicaranya selalu terdengar galak di telinga Ocha.

"Ada apa, Kak?" Ocha melangkahkan kakinya mendekat.

"Ambilin handuk!" Sean menunjuk sebuah handuk putih yang terlipat rapi di atas kursi.

"Iya, Kak." Ocha cepat-cepat mengambilkan handuk tersebut dan mengantarkannya pada Sean.

Sean keluar dari kolam, memperlihatkan dada six packnya tanpa malu. Ia meraih handuk dari Ocha untuk mengeringkan rambutnya. Mata Ocha mengerjap kaget melihat seorang cowok tampan yang sekarang bertelanjang dada di hadapannya. Ia cepat-cepat mengalihkan pengelihatannya ke arah lain, takut bernapsu.

 Ia cepat-cepat mengalihkan pengelihatannya ke arah lain, takut bernapsu

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Tak terasa Ocha sudah tinggal bersama Sean selama lima hari. Meskipun keluarga Sean sangat baik padanya, tapi Ocha tidak mau memanfaatkan kebaikan itu. Ia tak mau terus menumpang. Bagaimana pun juga, ia harus mencari kos-kosan baru setelah ia mendapatkan gaji dari Sean atau Axel.

Dddrrrt

Ocha merasakan ponselnya bergetar. Ia mengambil ponselnya dari dalam saku, mengernyitkan dahi setelah membaca nama Axel, lalu mengangkat panggilan tersebut.

"Hola, jelek! Lo harus ke apartemen gua sekarang juga. Titik. Nanti gue kirim alamatnya. Kalau lo nggak datang dalam waktu 15 menit, gue bakal bully lo 100 hari," kata Axel cepat lalu segera mengakhiri panggilannya.

Ocha menggeram kesal, tak sabar rasanya menghadapi sikap Axel yang selalu seenaknya sendiri. Ocha pun berlari sambil memesan ojek online, menunggu di depan rumah dan bergegas meluncur ke apartemen Axel.

Ocha melihat gedung tinggi menjulang yang disebut apartemen. Sudah jelas apartemen itu bukan apartemen biasa, melainkan apartemen super mewah. Ocha meneguk ludah. Pasti hanya orang kaya yang mampu membeli apartemen di gedung itu, pikir Ocha.

Ocha mengerjap, mengingat waktunya kurang 5 menit lagi. Ia berlari sebisa mungkin memasuki apartemen, memencet tombol lift, dan berlari menuju pintu nomor 068 di lantai lima. Dengan napas ngos-ngosan, ia memencet bel. Ini sudah minggu ketiga, dia diperlakukan seperti babu oleh Axel.

"Hola jelek!" sapa seorang cowok berambut gondrong yang tak lain adalah Axel.

Axel melihat jam di layar ponselnya lalu mengangguk senang. "Wah si jelek hampir terlambat! Kurang satu menit aja, lo bakal gue bully di sekolah." Axel tertawa senang, menganggap bahwa candaannya begitu lucu.

"Yuk masuk, Lek, Jelek!" perintah Axel yang tak memedulikan bahwa Ocha masih ngos-ngosan dan terlihat kecapekan.

Ocha mengekor di belakang Axel. Namun langkah kaki Ocha terhenti saat melihat betapa kotornya tempat tinggal Axel. Baju-baju kotor berserakan, botol minuman keras yang sudah kosong, sisa-sisa keripik kentang dan puntung rokok di atas lantai, televisi yang dibiarkan menyala, beberapa ekor kecoa yang berjalan santai, dan sekumpulan lalat yang mengelilingi sepanci makanan basi di atas meja, semua itu membuat Ocha bergidik jijik. Tiba-tiba Ocha teringat perkataan Axel yang mengaku bahwa dirinya adalah pecinta kebersihan.

I am in danger [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon