20) Getting Sick

397K 22.9K 1.7K
                                    

Semalaman Axel bermain boxing, melepaskan kemarahannya karena Ocha tidak mau ikut bersamanya dan malah memilih tinggal bersama Sean. Dalam kamus Axel, tidak ada penolakan. Semua cewek pasti bertekuk lutut padanya hanya dengan satu kedipan.

"Tumben semangat banget main boxing," kata Bima lalu meneguk sedikit cocktail.

"Iya nih, heran. Sejak kenal sama si Ocha, elo jadi kayak bom. Dikit-dikit meledak," gumam Satria sembari membelai mesrah pipi Violet, pacar barunya.

"ONS dulu gih! Biar adem. Ajak aja si Davina. Kayaknya dia masih perawan. Perlu dirusak," saran Bima seenaknya.

Axel semakin keras meninju. Ia tak tertarik bercinta dengan cewek mana pun. Melirik cewek cantik saja, ia tak memiliki niatan. Satu-satunya yang ia inginkan hanya Ocha. Tak ada alasan khusus, ia hanya ingin memeluk sebentar punggung mungil Ocha.

"Kayaknya lo naksir Ocha deh," tebak Bima kemudian.

"Gue?" Axel terhenti dengan mata melotot. "Gue suka sama cewek jelek itu? Dia itu udah jelek, pendek, terus belagu. Mana mungkin gue suka sama dia."

"Tapi kalau gue perhatikan, Ocha itu manis juga kok. Iya kan, Sat?" Bima menyenggol lengan Satria.

"Yups betul banget. Gue aja pengen ajak dia ONS."

"Bangs*t lo!" Axel spontan melempar sarung tinjunya pada Satria. "Awas kalau lo berani gangguin Ocha! Pokoknya, hanya gue yang boleh gangguin dia."

Bima menggeleng seraya berdecak. "Xel, lo itu jelas-jelas jatuh cinta ke Ocha. Tapi lo belum nyadar aja. Pertama, lo marah ketika Ocha bikinin Sean kue. Kedua, lo marah saat lo tahu kalau Ocha tinggal di rumah Sean. Intinya, lo itu cem-bu-ru."

"Siapa yang cemburu? Ngapain gue cemburu?" Axel masih mengelak. Ia masih belum mengerti apa yang ia rasakan pada Ocha.

"Xel, lo itu kebanyakan mainin cewek. Makanya lo nggak paham saat lo bener-bener suka sama cewek," imbuh Bima menjelaskan agar Axel tersadar bahwa tidak seharusnya Axel terus membully Ocha.

"Enggak. Gue nggak mungkin suka sama cewek yang bodynya di bawah standar kayak gitu."

"Terserah elo deh."

Axel berjalan, mengambil segelas cocktail, lalu meneguknya hingga habis. "Pokoknya, gue harus buat Ocha keluar dari rumah keluarga Radeya. Apa pun caranya."

***

Ocha mendesis kesal setelah membaca pesan dari Axel yang menyatakan akan membully Arvind jika Ocha tidak segera keluar dari rumah keluarga Radeya. Ocha tidak habis pikir, mengapa Axel gemar sekali mengganggunya. Dan kali ini, Axel bahkan mau mengganggu orang yang ia sayangi. Axel benar-benar keterlaluan.

"Nih orang satu, maunya apa sih? Apa dia nggak cukup gangguin gue di sekolah? Salah gue apa coba? Sekarang dia mau gangguin Arvind," omel Ocha geram.

Ocha mengambil sweaternya, memesan ojek online, lalu keluar dari rumah menuju apartemen Axel. Sekitar 20 menit dari saat ia menerima pesan, Ocha telah sampai di depan pintu apartemen Axel, memencet bel dengan dada mengembang dan mengempis karena menahan marah.

Ting tung ting tung

Sudah kelima kali Ocha memencet bel. Tidak ada orang yang membukakan pintu untuknya. Sebenarnya, Ocha bisa saja masuk ke apartemen Axel tanpa izin karena pintu apartemen Axel memang sedikit terbuka. Tapi Ocha tidak bisa lancang memasuki rumah orang. Ia lebih memilih memencet bel sampai dibukakan pintu oleh si pemilik rumah.

Ting tung ting tung

Di atas sofa, Axel meracau. Dia terganggu dengan suara bel yang terus ditekan asal. Kepalanya yang sudah pusing malah makin bertambah pusing. Tak ada pilihan lain selain membukakan pintu untuk si pengganggu yang mengacaukan jam istirahatnya.

I am in danger [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now