10) Disaster

447K 26.8K 2.1K
                                    

Arvind menutup mata Ocha, mengantarkan Ocha ke sebuah meja. Di sana sudah Faril dan sebuah kue tart kecil yang di atasnya terdapat lilin angka 15 yang menyala. Perlahan, Arvind membuka mata Ocha.

"Surprise! Selamat ulang tahun, Cha," kata Arvind.

Ocha menutup mulutnya yang menganga terkejut. Ia sangat senang sampai-sampai ia tak mampu menggambarkan rasa bahagianya dengan kata-kata. Ini pertama kali ulang tahunnya dirayakan.

Arvind memegang kedua pundak Ocha, menuntun Ocha untuk duduk bersama dengan Faril. Kemudian Arvind ikut duduk bersama mereka dan mulai menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Ocha dan ditirukan oleh Faril.

"Tiup lilinnya tiup lilinnya tiup lilinnya sekarang juga. Sekarang juga. Sekarang juga." Arvind menyudahi nyanyiannya dengan tepukan tangan yang begitu bersemangat.

Langkah kaki Sean terhenti saat tak sengaja melihat Ocha dan Faril tampak begitu bahagia dengan seorang cowok di restoran cepat saji yang ia datangi. Entah mengapa ada sedikit perasaan terusik melihat kedekatan antara Ocha dan cowok tersebut. Dan tak tahu mengapa, langkah kaki Sean menuju ke arah Ocha.

Senyum Ocha mendadak mengempis saat Sean datang dan berdiri dengan salah satu tangan tenggelam di saku celana seperti biasanya. Ocha meneguk ludah, takut melihat wajah Sean yang tampak bad mood.

"Siapa yang ulang tahun?" tanya Sean datar dan terkesan galak.

"Kak Ocha," jawab Faril dengan lugunya.

Sean melipat tangan dan ikut duduk bersama Ocha, Arvind, dan Faril. Tentu saja hal itu membuat dahi Ocha berkerut heran. Setahunya, Sean adalah orang yang sangat sibuk. Senin sampai Sabtu harus belajar fulltime, dan hari Minggu harusnya Sean pergi nongkrong bersama Royyan dan Alvaro. Ocha masih tak mengerti mengapa Sean malah ikut duduk dengan rombongannya.

"Karena lo yang ulang tahun, berarti gue diundang. Iya kan?" ucap Sean semaunya sendiri.

"I ... iya, Kak." Ocha mengangguk patuh.

"Terus, ngapain lo bengong? Potong kuenya sana!" Sean menunjuk kue yang ada di atas meja dengan dagunya.

"I ... iya, Kak." Ocha cepat-cepat mengambil pisau dan memotong kue ulang tahunnya.

Suasana yang tadinya penuh kebahagiaan, kini mendadak kikuk karena kedatangan Sean. Ocha tak enak hati jika memberikan potongan kue pertama pada Arvind padahal ada Sean. Oleh karena itu, ia memberikan potongan pertama tersebut pada Faril. Kemudian potongan kedua untuk Arvind. Dan selanjutnya untuk Sean.

Sean hanya melirik potongan kue miliknya. Ia tersenyum miring dan tak berniat memakan kue murahan yang biasa dijual di toko emperan dekat pasar.

"Cha, selamat ulang tahun. Buka kadonya di rumah aja ya." Arvind memberikan sebuah kotak kecil pada Ocha.

"Ada suratnya kan?" tagih Ocha. Ia gemar sekali membaca surat-surat dari Arvind yang sering kali berisi sajak-sajak yang begitu indah.

"Ya iyalah."

"Kak Ocha, selamat ulang tahun." Kini giliran Faril yang memberikan Ocha sebuah kotak berisi hadiah. "Kakak boleh membukanya sekarang kalau Kakak mau."

Ocha langsung membuka kotak tersebut. Matanya berbinar senang setelah mengetahui apa isinya. Di dalamnya terdapat sebuah earphone. Faril tahu kalau earphone milik Kakaknya telah rusak karena ia tak sengaja menjatuhkannya ke bak cucian. Itulah sebabnya ia menabung sedikit demi sedikit untuk membeli earphone tersebut.

"Makasih ya, gendut." Ocha memeluk gemas dan mencium singkat pipi Faril.

Faril diam-diam mengamati Sean yang tak membawa kado untuk Ocha. Sean nampaknya juga tak berniat memberi kado.

I am in danger [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now