39) My Problem

356K 21.3K 1.2K
                                    

Ocha melangkah mundur saat Sean melangkah ke arahnya. Ia takut setelah melihat sisi lain dari seorang Sean Aurelliano Radeya. Tidak ada kata yang mampu menggambarkan apa yang Ocha rasakan saat ini. Kaget, takut, jijik, panik, kecewa, semuanya bercampur menjadi satu.

"Gue bisa jelasin semuanya, Cha. Ini nggak seperti yang lo lihat," kata Sean, tangannya mencoba meraih pergelangan tangan Ocha.

Ocha menggeleng, menjauhkan tangannya agar Sean tak berhasil menyentuhnya. "Nggak ada yang perlu dijelasin, Kak. Ternyata Kakak nggak jauh berbeda dengan Kak Axel. Aku kecewa."

Ocha berlari menjauh, tak peduli dengan Sean yang memanggil-manggil namanya. Ia bersembunyi di balik tembok, membiarkan Sean mencarinya. Untuk saat ini, Ocha tidak ingin bertemu Sean.

"Maaf, Kak Sean," ucap Ocha lirih, nyaris tak terdengar, sengaja agar Sean tak menemukannya.

Ocha menoleh, mengintip sebentar, memastikan bahwa Sean sudah pergi. Ia pun keluar dari persembunyiannya dan berjalan menuju kantin. Seingatnya, ada kursi di dekat sana. Sepertinya seseorang tak sengaja meninggalkan kursi tersebut.

***

Ocha menghela napas setelah sampai di asrama. Seharian penuh ia menghindari Sean. Bahkan ia tadi cepat-cepat keluar kelas menuju gerbang sekolah, sengaja memesan ojek lebih awal agar bisa menghindari Sean.

Baru semenit Ocha merasa lega karena terhindar dari Sean, kini Ocha harus menghadapi masalah lain setelah membuka pintu kamarnya. Matanya melebar sejenak saat melihat Bella yang duduk nyaman di atas kasurnya.

"Hola. Okalina Taruni." Bella melambai singkat pada Ocha.

Ocha memutar malas kedua bola matanya. Ia benar-benar jenuh dengan semua yang ia hadapi. Terasa ada beban begitu banyak yang ada di punggungnya. Ocha ingin berteriak, tapi tak bisa. Ocha ingin bercerita, mengeluh, bahkan menangis. Tapi tak ada seorang pun yang ia percaya untuk menjaga rahasianya. Ia lebih memilih menyimpan kesedihannya sendirian selama ini.

"Lo pasti penasaran kenapa gue ada di sini. Iya kan? Heeeem oke-oke. Akan gue jelaskan." Bella turun dari ranjang lalu membuka pintu lemari Ocha.

Ocha menghela napas. Ia lelah. Ia hanya ingin istirahat. Tapi Bella tiba-tiba datang mengganggu. Untung, dia sudah bisa menebak hal ini akan terjadi. Jadi dia tak begitu kaget dengn kedatangan Bella.

"Kemarin gue udah ke sini. Tapi diusir sama nenek-nenek gendut. Katanya, nggak sembarang orang boleh berkunjung ke asrama. Hanya keluarga dan sesama siswa Delton yang boleh datang ke mari. Makanya gue bawa KK buat membuktikan kalau lo itu adik gue," sambung Bella. Ia kini memilah dan memilih pakaian Ocha yang semuanya bermerk karena Ocha mendapatkannya dari keluarga Radeya saat menumpang di sana bulan lalu.

"Hari ini aku capek. Aku nggak mau ngeladenin Kakak." Ocha menaruh ranselnya di atas sofa lalu duduk, melihat gerak-gerik Bella yang masih asyik memilih pakaian.

"Gue ke sini mau ambil duit. Tapi karena baju lo banyak yang bagus, jadi sekalian gue ambil baju lo juga." Bella membalikkan badannya, melihat ke arah Ocha.

"Aku nggak punya duit."

"Jangan bohong!" bentak Bella melotot.

Bella berjalan ke arah Ocha, mengambil tas ransel Ocha, membuka dompet, lalu mendengus kesal. Dia hanya menjumpai uang lima ribu rupiah yang sudah lusuh. Tak tanggung-tanggung, ia bahkan mengambil uang tersebut.

"Mana? Mana uang lo? Cepet keluarkan!" bentak Bella marah. Ia mengoyak kedua lengan Ocha. Ia yakin kalau Ocha memiliki uang simpanan yang cukup banyak.

"Udah aku bilang, aku nggak punya. Uangku udah aku buat bayar beberapa keperluan," jelas Ocha yang terpaksa berbohong.

Ocha sengaja menyimpan semua uang yang ia miliki di bank. Ia akan mengambilnya apabila diperlukan saja. Ia tahu bagaimana watak Bella. Saudari tirinya itu akan melakukan berbagai cara untuk memeraskan. Itulah sebabnya, sejak Ocha bertemu Bella di cafe, Ocha menjadi lebih waspada dalam menyimpan uang.

I am in danger [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now