Prolog

1.1M 43.4K 7.9K
                                    

Aku tau kalian mengerti bagaimana cara menghargai karya seorang penulis💜✨

Btw tau cerita ini dari mana?

....

"Fi, gue chatin kenapa nggak di bales?" Tanyanya pada seorang gadis yang kini berdiri tepat di depannya, wajahnya lesu, lingkaran hitam di matanya begitu jelas tercetak, bibirnya juga putih pucat, gadis itu terlihat tidak sehat, lalu dia menggeleng pelan ke arahnya.

"Nggak usah chatin gue lagi, Re." Cowok itu menggeleng keras mendengar penuturan gadisnya.

"Gue bakal tetep chat, lo cewek gue, Fi."

"Nggak lagi sekarang," jawab gadis itu seraya tersenyum.

"Lo apa-apaan sih, Fi?! Jangan kayak gini, hubungan kita nggak ada sangkut pautnya sama masalah keluarga lo! Gue sayang—"

"Gue harus pergi..." potong gadis itu membuatnya kesal.

"Nggak gue izinin!" ujar cowok itu hendak mendekat namun gadis itu malah semakin menjauh darinya.

"FI, GUE BELOM IZININ LO PERGI!" pekiknya lalu mengejar gadis itu yang semakin lama menghilang di telan kabut, cowok itu mencari kesana-kemari namun tidak di temukan.

"FI! GUE BELOM IZININ LO, LO HARUS KEMBALI, FI! FI....FIOLAAAAA!!!"

Seketika mata cowok itu terbuka, napasnya memburu, dadanya bergemuruh serta peluhnya sudah menetes di dahinya. Perlahan napasnya mulai teratur kembali seiring berjalannya waktu, Rean melihat ke arah jam dan sekarang sudah pukul 6 pagi, dia langsung membanting tubuhnya ke kasur seraya mengusap keringat di dahinya.

Baru ia rasa sehabis sholat subuh tertidur dan sudah terbangun lagi.

Lagi-lagi mimpi itu, batinnya.

Mimpi yang selalu muncul di dalam tidurnya. Seberusaha mungkin ia menghilangnya wajah gadis itu, tetapi tetap saja muncul. Entah apa lagi yang harus ia lakukan. Sedang asik dengan pikirannya sendiri, pintu terketuk membuat kepalanya refleks menoleh.

"Abang udah bangun, Bang?" Itu suara ibunya -Asya yang sangat lembut di telinganya.

"Udah, Ma. Lagi tidur-tiduran aja," jawab Rean. Di balik pintu Asya tersenyum.

"Yaudah, kalo udah rapih turun ya, mama udah buat sarapan," tuturnya.

"Siap, Ma!" Balas Rean, dan setelahnya Asya kembali menuruni tangga. Seperti yang kalian ketahui, namanya adalah Rean, atau lebih tepatnya Reano Gibadesta, anak pertama dari anak Asya dan Fano.

FYI, Sekarang dirinya sudah menginjak umur 20 tahun. Dia berkuliah di Universitas yang cukup terkenal di jakarta, Rean sudah memasuki semester 5. Kini ia di haruskan kembali ke kampus lagi, sebenarnya Rean sedikit muak dengan materi-materi kuliahnya, jujur kepalanya mumet, dia juga lebih sering absen kelas dan memilih untuk tidur di ruang kesehatan.

Rean terkenal tampan di sekolahnya, dia juga sering jadi bahan gosipan cewek-cewek kampusnya. Tinggi 180 dan wajah asia yang kental membuatnya jadi incaran para senior atau bahkan junior cewek satu kampusnya. Rean menghela napasnya, lagi-lagi ia harus menghadapinya, menghadapi para gadis di kampusnya yang sangat berani menyapa atau bahkan mengajaknya untuk berkenalan.

Rean dengan cepat bangkit dari kasurnya dan segera masuk ke kamar mandi. Hampir setengah jam ia bersiap, akhirnya Rean keluar kamarnya dan segera menuruni tangga, dia sudah melihat ada adiknya Jessie yang paling terakhir, ada juga adik keduanya yang teramat sangat cuek dan menyebalkan siapa lagi kalau bukan Albar, dan ibu tercintanya Asya.

REANO  (SELESAI)Where stories live. Discover now