Bagian 8 : Marah

242K 17.8K 1.6K
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Daichi kini berada di kamarnya, ia terdiam seraya terus mencoba melupakan memori saat Rean menciumnya. Astaga Daichi tidak menyangka Rean akan berbuat sejauh itu, dan dengan lancangnya lelaki itu mengambil First Kiss-nya dengan sangat menyebalkan. Setelahnya ia bahkan terdiam lalu menggaruk tengkuknya, Daichi berdecak kesal saat mengingat bukannya marah ia malah menunduk dan pergi, seharusnya ia marah.

"Daichi kamu memang bodoh," ucapnya teruntuk untuk dirinya sendiri. Dengan perasaan berkecamuk, Daichi akhirnya kembali memasukkan buku tugasnya, sumpah demi apapun dia bahkan tidak bisa memikirkan hal lain selain lelaki itu.

Ia mulai berdiri lalu kini berjalan menuju dapur untuk mencari beberapa makanan. Perutnya berbunyi sedari tadi, ia sampai melupakan bahwa ia belum makan sedari siang. Mie instant lagi...

Ya tak ada makanan selain mie instant, maka dari itu kembali memakannya, dan sekarang sudah pukul 7 malam, tapi ayahnya tak kunjung pulang, entahlah Daichi tidak berani untuk menelpon atau bahkan mengirimi pedan untuk menanyai kabar ayahnya. Perubahan Ayahnya di mulai setelah kepergian ibunya, namun ayahnya tidak pernah bersama dengan seorang wanita, biasanya ketika seseorang tengah patah hati pasti dia langsung mencari pelampiasan, tidak dengan ayahnya yang hanya fokus untuk bekerja dan bekerja.

Daichi mendengus pelan, Okasan...Kalau saja okasan ada di sini, Daichi pasti nggak akan makan mie instant terus. Batin Daichi lalu tak terasa setetes air matanya jatuh. Ya dia sangat merindukan ibunya, ibunya yang cantik.

***

"Iya, Rean kecapekan jadinya tidur di apartment," ucap Rean pada orang di seberang sana yang terhubung sambungan telpon.

"Iya udah, Mama cuma khawatir, Mama kira kamu kenapa-kenapa." Itu suara Asya, ya ibunya yang paling di sayanginya. Rean tersenyum tipis tanpa di ketahui Asya.

"Iya, maafin Rean, Ma. Rean nggak bermaksud buat Mama khawatir, oh ya Albar pulang nggak?" Tanyanya.

"Dia sudah punya keluarga, Bang. Ya jadi pulangnya bakal jarang," jelas Asya membuat Rean terdiam sejenak.

"Oh ya udah, Rean berangkat kuliah dulu ya!"

"Hati-hati, awas aja ngebut!"

"Siap Mama Asya!"

Setelah itu Rean memasukkan ponselnya ke dalam saku, lalu memakai sepatunya, tiba-tiba pergerakannya terhenti ketika terlintas bagaimana nanti dia bertemu dengan gadis itu. Daichi, perempuan yang membuatnya hilang akal kemarin, Rean pun tidak tahu mengapa, kenapa dia melakukan itu dan kenapa dia senekat itu.

Seketika senyumnya tertarik mengingat betapa terkejutnya gadis itu ketika mendapat serangan tiba-tiba dari dirinya, Haha wajahnya langsung merah padam dan setelahnya ia langsung pamit.

REANO  (SELESAI)Where stories live. Discover now