Bagian 19 : about Fiola

205K 14.2K 1.7K
                                    

19. Wanna know

.
.
.

Rean melangkahkan kakinya menuju belakang rumahnya yang terpantau cukup luas. Udara malam serta pemandangannya di malam hari sungguh luar biasa, gelap dan mendung. Rean suka suasana seperti lalu ia tiduran di ayunan taman belakang rumahnya. Ia menatap langit-langit seraya memasangkan earphone di telinganya dan lagu "battle Scars" memutar seiring berjalannya lagu tersebut.

Entahlah rasanya hidup selama ini ia merasa sangat tidak berguna. Kenapa pikiran tersebut selalu hadir dalam dirinya, mengucapkan bahwa dirinya useless, tidak ada artinya dan sia-sia. Rean tertawa kecil, kenapa setan di dalam dirinya selalu mengatakan itu. Rean mempererat genggamannya pada penyangga ayunan merasa sangat kesal pada dirinya sendiri. Iya, dirinya sendiri.

"Hidup dalam ketidaktahuan apapun rasanya sangat sia-sia," gumam Rean dan bayang-bayang Fiola kembali terngiang di memorinya. Saat dimana gadis itu selalu bersamanya, bisa dikatakan masa SMA saat itu sangat indah karna adanya Fiola dihidupnya. Gadis itu yang selalu menyemangatinya untuk berjuang mencari tahu yang belum diketahui, entah apa itu ia sendiri pun tidak tahu.

Cinta pertamanya, yang selalu hadir dalam harinya dan kini hanya dalam kenangannya. Setetes air mata Rean keluar dari pelupuk matanya dan pas sekali hujan turun membuat hati Rean semakin tercubit dengan kenyataan.

"Kenapa harus pergi sih?" Rean terisak sendiri.

"Gue butuh lo disini, Fi."

"Tega banget lo," Rean mengusap sudut air matanya lalu merasakan ia terkena cipratan air yang turun dari langit dan menghantam tanah.

"Gue benci sama diri gue sendiri," ucap Rean lalu berdecih pelan dan memejamkan matanya seiring hujan turun dari langit dan musik yang memutar di telinganya.

Jujur, ia merasa tidak berguna disaat Fiola membutuhkannya dia tidak ada untuk gadis itu. Sialan, kembali mengingatnya membuat Rean merasa bodoh dan pecundang.

Fi, ajak gue Fi...

***

"Bang sumpah lo di cariin ternyata disini?" Itu suara Albar refleks Rean membuka matanya dan ternyata langit sudah terang.

"Lo tidur disini?"

"Ketiduran jir, sumpah ye..." Rean bangun lalu langsung menabrak bahu Albar.

"Gak sengaja."

"Badan lo panas." Rean menyerngit.

"Kalo dingin mati goblok." Albar berdecih.

"Gue bilang Mama-"

"Gak, demam biasa aja. Gara-gara gue tidur di luar keknya, santuy napa," Rean melangkahkan kakinya meninggalkan Albar yang masih terdiam tanpa ekspresi lalu Rean berjalan menuju kamarnya dan segera memejamkan matanya. Ia merasa tidak enak badan, ya ampun dia sangat lemah hanya tidur di luar sampai demam seperti ini.

Rean ingin memejamkan matanya hingga ia bisa bertemu dengan Fiolanya di dalam mimpi. Rean tersenyum tipis sampai pada saatnya masuk ke dalam mimpinya kembali melanjutkan tidurnya.

Lain dengan Daichi yang merasa sedikit aneh saja karna tidak bersama Rean, seperti ada yang kurang, Daichi memainkan ponselnya menceknya beberapa kali dan belum ada pesan atau bahkan telpon dari Rean. Dengan berani Daichi mencoba menghubungi nomor Rean, namun cukup lama dan tidak di angkat.

REANO  (SELESAI)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon