16. Obrolan Malam

727 134 27
                                    

Sana terlihat memutar lehernya 360 derajat seraya menuruni anak tangga. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan dia harus pulang sekarang.

Namun begitu ia hendak berjalan keluar rumah, fokusnya langsung tertuju pada seorang pria berkaos merah marun dan celana tidur panjang berwarna hijau tua bermotif garis-garis di dapur.

'Seperti pohon natal' pikir Sana.

"Eh? Lo udah mau pulang?" Pria berbaju merah itu terlihat menyipitkan matanya kearah Sana, sebab ia tidak mengenakan kacamatanya saat ini. Sadar bahwa keberadaanya dinotis oleh pria tersebut, Sanapun mengangguk kecil dan berjalan kearah pantry dapur, tempat dimana pria itu berada sekarang.

"Gua kira lo nginep dirumah sakit" kata Sana seraya ikut mendudukan tubuhnya disamping pria itu. Ia tak tahu apa yang ada dipikirannya sekarang, tapi  ia merasa bahwa dirinya harus duduk disini dan mengobrol sejenak dengan teman lamanya itu.

Hm, mungkin bisa dikatakan hubungan mereka sudah sedikit mulai membaik sekarang.

Wonwoo tersenyum seraya mengaduk serealnya dan menggeleng pelan, "Mau sereal?" Tanya Wonwoo menawarkan makanannya kepada Sana. Gadis itu menggelengkan kepalanya dan tersenyum, "Kalau gitu, tunggu gua habisin makanannya ya, baru nanti gua anter pulang" kata Wonwoo lagi.

"Eits, gak usah... gua biasa dianter supir disini kok" tolak Sana halus.

"Kalau lo bisa sama gua, kenapa harus dianter supir?"

"Won..." Sana memasang raut wajah seriusnya, "...Gua tahu lo capek, dan gua tahu kalau tujuan lo baik sama gua. Tapi gua beneran gak apa-apa. Lo nikmati aja makanan lo, gak usah buru-buru" Sana menepuk bahu Wonwoo dan mengusapnya canggung, sebelum akhirnya ia menarik kembali tangannya karena merasa aneh akan apa yang ia lakukan kepada Wonwoo barusan.

Sementara Wonwoo sendiri terlihat langsung menikmati serealnya dengan menyeruput susu pada makanan itu dari bibir mangkuknya langsung. Tanpa Sana sadari, Wonwoo diam-diam tengah menahan senyumnya sembari menempelkam bibirnya pada pinggiran mangkuk serealnya.

Ayolah, Sana tidak boleh tahu kalau dia sedang memendam rasa bahagia bercampur gemas saat ini.

"Gua gak capek" Wonwoo berusaha teguh akan pendiriannya.

"Kantung mata lo yang berbicara, Jeon Wonwoo"

Wonwoo tertawa pelan, ia kalah kali ini. Alhasil pria itupun mengangguk dan menepikan mangkuk serealnya ke ujung meja, menggantikan posisi mangkuk tadi dengan sikut lengan kirinya, dan ia sendiri mengarahkan tubuhnya untuk menghadap kearah Sana seraya tersenyum tipis, "Gimana rasanya ketemu tante gua hari ini?" Tanya Wonwoo.

"Hmmmm... menarik, tante lo ternyata tidak semenyebalkan yang gua kira."

"Dia pasti bawel banget"

"Iya, bawel. Tapi gua suka melihat bagaimana dia menumpahkan banyak perhatiannya kepada Daehan. Hm, cukup disayangkan sih kalau dia gak punya anak, padahal cara dia mengasuh anak seusia Daehan itu bagus banget. Gua suka lihatnya, bahkan gua juga belajar banyak dari tante lo" Sana bicara dengan panjang lebar, dan kalau Wonwoo tidak salah, ini adalah kali pertama Sana berbicara sepanjang ini kepadanya. Wonwoo pun tersenyum, ia bangga akan kemajuan hubungannya dengan Sana.

"Kalau dipikir-pikir, kalian berdua ternyata mirip. Bedanya, tante gua versi bringasnya, kalau lo versi lemah lembutnya" ujar Wonwoo yang secara tak langsung melayangkan pendapatnya saat ini dihadapan Sana.

"Begitukah? Hmmm... bisa jadi"

"Tante gua suka ngomelin nyokap dan bokap gua, karena menurutnya pola asuh mereka ke gua dan Daehan itu kurang baik." Wonwoo tertawa kecil dan kembali menoleh kepada Sana yang tengah menatapnya seolah bertanya akan alasan mengapa pria disampingnya ini tiba-tiba tertawa, "Biasanya orang tuh takutnya sama ibu mertua. Tapi nyokap gua malah takut sama kakak ipar"

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang