22. Ayah

719 134 13
                                    

"Kayaknya bayaran kamu harus double, karena kamu bukan cuman jagain Daehan, tapi kakaknya Daehan juga"

Suara tante Jeon menginterupsi aktivitas Sana yang tengah merapihkan kamar Daehan saat ini. Ya, sesuai janji di café tadi, Daehan dan Sana asik melukis dikamar sebelum akhirnya bocah laki-laki itu harus pergi karena ada les piano.

Alhasil, disinilah Sana sekarang, merapihkan peralatan melukis dikamar Daehan, dibantu seorang pelayan nan tengah mengepel lantai kamar bernuansa biru tersebut. Namun begitu tante Jeon menyapanya, Sana langsung membungkuk dan menghampiri wanita tersebut.

"Halo tante" sapa Sana dengan sopan.

"Sana habis ini langsung pulang, atau menunggu Daehan selesai les piano?" Tanya wanita paruh baya tersebut.

"Saya langsung pulang tante, karena Daehan langsung dijemput sama om dan tante Jeon nanti"

"Terus, kamu gak mau nungguin kakaknya Daehan?"

"Maksud tante, Wonwoo?"

"Memangnya Daehan punya kakak lagi selain Wonwoo?"

Sana tersenyum dan menggeleng malu, ada baiknya memang basa-basi itu dikurangi saat berbincang dengan tante Jeon, "Saya langsung pulang saja tante, mama saya nunggu dirumah"

"Tapi kalau nge-teh atau minum kopi dulu sama tante, gak apa-apa kan? Lagipula semua supir masih belum balik kerumah. Sebentar aja..."

Entah dalam niatan baik atau buruk, Sana seketika mematung ditempat akibat ajakan tante Jeon kepadanya. Baru saja ia bertemu wanita itu beberapa hari, apa sudah ada kesalahan yang ia perbuat? Sampai-sampai tante Jeon mengajaknya bicara empat mata dengan kedok minum teh atau kopi seperti ini?

Mau menolak, tapi tidak mungkin juga...

"Ah, iya tante, gak apa-apa... saya selesaikan ini dulu ya?" Ujar Sana dengan jujur.

Tante Jeon tersenyum dan mengangguk sekali sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan pintu kamar Daehan serta Sana yang refleks berbalik badan dengan kedua matanya yang terbuka lebar, jelas terlihat gurat kepanikan disana. Semua orang paham bagaimana rasanya, sebab... memang seperti itulah adanya.

Seperti menunggu giliran dihukum gantung.

.
.
.
.
.
.
.
.

Sana terlihat menuruni anak tangga dengan gerakan cepat, pandangannyapun langsung menatap sekeliling, menyapu setiap sudut dan sisi rumah untuk memastikan dimana wanita itu berada. Tak butuh waktu lama, Sana langsung tersenyum begitu mendapati sosok tante Jeon dihalaman belakang rumah.

Tante Jeon sepertinya tidak main-main dengan perkataanya untuk mengajak Sana berbincang saat ini. Ditemani langit berwarna jingga, wanita itu terlihat sudah duduk memandangi dua cangkir dihadapannya. Bukan hanya cangkir, tapi ada juga dua gelas krystal besar berisi teh dan kopi disana.

"Tante..." sapa Sana.

"Oh, sudah datang? Langsung duduk saja..." tante Jeon mempersilahkan Sana untuk duduk dihadapannya, dan kini keduanyapun duduk berhadap-hadapan dengan posisi yang sejujurnya terlihat agak canggung.

Bagaimana tidak? Ini adalah kali pertama mereka berduaan seperti ini.

"Tante mau ngomong banyak hal kamu, yah... obrolan santai aja, seperti tante dengan keponakan perempuannya..." ujar tante Jeon yang malah membuat Sana semakin terbebani.

"Hmm... tentang apa tante?"

"Wonwoo"

DEG!

TRAUMAWhere stories live. Discover now