26. Deeptalk

754 135 18
                                    

Disebuah ruang rawat inap, terlihat seorang pria paruh baya berbaring diatasnya. Diruangan VVIP tersebut, terdapat banyak karangan bunga serta parsel dari rekan kerja atau relasinya yang hendak memberikan afeksi kepada pria yang baru saja pulih pasca operasi beberapa hari yang lalu.

Mata pria itu perlahan-lahan terbuka, dan hal pertama yang ia lihat adalah atap ruang inapnya yang berwarna putih. Pria itu nampak mengerjapkan mata beberapa kali sebelum akhirnya menoleh ke sisi kanannya, mendapatkan sosok putra sulungnya nan tengah tertidur diatas kursi dengan posisi duduk dan tangan dilipat didepan dada.

"Wonwoo..." panggilnya parau.

Syukurlah Wonwoo menjaga papanya dengan siaga. Begitu sang ayah memanggil namanya, ia langsung terbangun dan memberikan segelas air kepada sang papa. Lewat sedotan kecil, tuan Jeon menerima asupan mineral itu dari putranya itu.

"Gimana keadaan papa?" Tanya Wonwoo seraya meletakkan gelas itu kembali diatas nakas disamping tempat tidur pasien.

"Bukan seharusnya papa yang bertanya ke kamu tentang kondisi papa sekarang?" Balas tuan Jeon.

Wonwoo tersenyum, "Dokter hanya menduga-duga, bagaimanapun juga... papa yang lebih paham mengenai kondisi tubuh papa sendiri. Apakah terasa nyeri? Ngilu? Atau semacam itu?"

"Hmm... papa merasa sedikit pening"

"Oh, itu biasa terjadi saat orang baru siuman pa"

"Tapi sepertinya papa bukan pusing karena siuman"

"Jadi? Karena apa?"

"Karena papa terus memikirkan kondisi diperusahaan, papa pasti sudah melewatkan banyak meeting bersama klien. Belum lagi memantau saham perusahaan"

"Pasti sudah ada yang langsung mengambil alih soal itu. Aku tahu papa mempekerjakan orang-orang yang kompeten, dan mereka tak akan tinggal diam saat tahu bos mereka ini, kini tengah terbaring tak berdaya dirumah sakit."

"Hmmm ya bisa jadi, semoga saja begitu. Tapi bagaimanapun juga papa tidak akan bisa seratus persen percaya kepada mereka. Kamu tahu? Mereka semua bekerja hanya untuk uang, jika terjadi kegagalan? Sudah dapat dipastikan mereka semua akan pergi meninggalkan papa sendirian disini" tuan Jeon tersenyum tipis dan menatap keatas langit-langit kamarnya lagi.

"Papa gak tahu sampai kapan terus begini," pria paruh baya itu menatapi kakinya nan tengah diberi penyangga sehingga membentuk posisi empat puluh lima derajat keatas, "...tapi selama papa vakum, bolehkah papa berharap kamu mengambil kendali perusahaan kita, Won?" Pinta tuan Jeon dengan penuh keseriusan.

"Papa mohon..." sambungnya.

***

Daehan nampak berlari menuruni anak tangga, sementara Sana berjalan cepat dibelakangnya, seperti seorang ibu yang khawatir jika suatu hal terjadi kepada anaknya. Padahal nyatanya, Daehan bukan anaknya, dan Daehan juga bukan bocah kecil lagi yang perlu dipantau saat menuruni anak tangga.

Ayolah, Sana tak boleh lupa bagaimana bocah laki-laki itu meluncur dengan kasur melewati anak tangga saat mereka bertemu untuk pertama kalinya dulu.

Bocah laki-laki itu berlari untuk menyambut saudara laki-lakinya yang baru saja tiba dirumah. Setahu Sana, Wonwoo dan mamanya bertukar tugas untuk menjaga tuan Jeon dirumah sakit. Dan sekarang, mungkin saatnya nyonya Jeon untuk berjaga, sementara Wonwoo pulang kerumah.

"Gimana kondisi papa!?" Tanya Daehan penasaran.

Yap, sebagai penggemar nomor satu papanya, Daehan tentu sangat shock saat mendengar kabar tentang sang papa. Ia menangis tak henti-henti selama seharian penuh, apalagi setiap menyaksikan berita tentang kecelakaan itu di televisi atau berita-berita online di sosial media.

TRAUMAWhere stories live. Discover now