17. Hutang

645 123 20
                                    

Memandangi indahnya langit malam bertaburkan bintang yang berkelap-kelip diatas sana, memang tak ada lawannya jika dilihat dari teras lantai dua rumah Wonwoo. Suasana yang hening, namun indah, benar-benar sesuai dengan suasana hati Wonwoo saat ini.

"Kata mama pake jaket, nanti masuk angin"

Wonwoo yang tengah bersantai dengan kaos putih, serta celana pendek berwarna hitam polos yang menampakkan sebagian besar bagian kaki jenjangnya hingga ke paha-paha itupun sontak menoleh kearah pintu teras yang terbuka, dan menampilkan sosok Daehan dibalik tirai pintu tersebut.

"Ngapain kamu disini? Gak belajar?" Bukannya menyahuti perkataan sang adik, Wonwoo malah bertanya balik kepada bocah laki-laki dengan piyama biru mudanya itu.

"Gak pake jaket?" Daehan tetap teguh akan pendiriannya, seolah tak membiarkan Wonwoo mengambil alih tonggaknya saat ini.

"Enggak, gak dingin disini" balas Wonwoo asal.

"Yaudah..."

Daehan menutup pintu teras dan berlari masuk kedalam rumah. Biar Wonwoo tebak, pasti sehabis ini ia akan masuk kedalam kamarnya dan mulai menggambar atau menonton televisi. Tapi sekarang sudah jam 9 malam, seharusnya Daehan sudah tidur.

Srak...

Mendengar suara pintu terbuka, Wonwoo kembali merotasi bola matanya malas, dan menoleh ke arah pintu teras lagi dengan raut wajah tak suka. Ayolah, dalam satu bulan bisa dihitung berapa kali ia bisa bersantai seperti ini di teras rumahnya. Jadi, kenapa masih ada yang berani mengganggunya sih!?

"Apa lagi sih!?" Dumel Wonwoo

"Apa?"

"E-eh, tante"

Terkadang terlintas pertanyaan dibenak Wonwoo mengenai kapan tantenya ini pulang ke rumah asalnya? Bukannya tak mensyukuri akan kehadiran wanita tersebut, hanya saja Wonwoo sedikit merasa tak nyaman jika wanita paruh baya itu ada dirumahnya.

Bahkan kalau tantenya itu benar-benar sedang gabut, bisa-bisa durasi mamanya dirumah jauh lebih sedikit daripada wanita berbaju hijau tua ini, alias si tante. Pelan-pelan Wonwoo menghela nafas demi menahan kesabarannya, memandangi tante Jeon yang tengah mendudukkan tubuhnya diatas kursi lain di teras ini.

"Hm... gimana ya mulainya?" Gumam tante Jeon dengan suara yang sangat amat jelas untuk sebuah gumaman semata. Bahkan Wonwoo bisa mendengar itu semua.

"Mulai apa?" Tanya Wonwoo balik.

"Mulai basa-basi ke kamu"

"Ck!" Pria berkaos putih dengan motif garis-garis pada bagian dadanya itu terlihat tertawa meremehkan. Maklum, tante Jeon saking frontalnya, kadang memang bisa sampai lupa sama yang namanya basa-basi. Seperti yang sedang terjadi sekarang inilah contohnya!

"Selama ini gak pernah basa-basi, tiba-tiba sok-sokan mau basa-basi. Langsung aja lah tante, tante mau ngomong apa sama Wonwoo?"

"Tante mau nanya soal Sana"

"Tante suka sama Sana?"

"Ya enggak lah! Tante normal tahu!"

"Ya terus buat apa nanya sampai nyamperin ke teras begini?"

"Tante tuh mau comblangin kamu sama dia tahu Won!"

"Hah!? Aku? Sama S-sana!?" Wonwoo refleks menegakan posisi duduknya diatas kursi, dan ia bisa melihat tante Jeon tersenyum penuh rasa bangga kepadanya, seolah wanita itu baru saja memberikan sebuah hadiah seharga 2 miliyar kepadanya.

Wonwoopun mengulum bibirnya untuk menahan sebuah gejolak yang ia rasakan didalam hatinya saat ini. Tidak-tidak, ia tidak boleh menunjukan apa yang ia rasakan kepada tantenya sekarang. Sekalipun ia yakin wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus saat ini. Tapi tetap saja, Wonwoo harus memberikan reaksi yang biasa saja.

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang