Playlist 14 : Romansa di Ujung Pilu

364 75 30
                                    

Aku memang tidak berguna untuk siapapun dan kemanapun aku pergi, aku hanya akan menjadi beban untuk orang lain

___

“Kamu mau ngasih kado apa buat Hanum?” tanyaku pada Danu siang itu ketika kami sedang makan lontong sayur bersama.

“Aku udah ngasih tau kamu soal ulang tahun Hanum?” Danu mengernyit bingung.

“Nggak, kemarin aku ketemu Agam terus dia ngundang aku.”

Danu ngangguk-angguk. “Mau dateng?”

“Boleh?”

“Ya nggak apa-apa kalau kamu mau, nanti kita cari kado bareng-bareng.”

Aku tersenyum simpul. “Oke.”

Kali ini aku benar-benar mencoba untuk berbaur dengan sisi lain kehidupan Danu dimana biasanya aku tidak terlibat di sana. Aku mengalahkan rasa takutku yang berlebihan dan mengikuti saran Agam. Siapa tahu ini memang yang terbaik.

Beberapa hari kemudian Danu menjemputku dengan mobil Mas Ghava yang sengaja ia pinjam khusus untuk acara ini lantaran ia tidak mau membiarkanku naik motor disaat aku tengah menggunakan long dress putih tanpa lengan.

“Gawat Na,” pekik Danu tepat setelah aku duduk di sampingnya.

Aku menoleh. “Gawat kenapa?”

“Yang punya acara bisa-bisa minder karena kalah cantik dari kamu.”

“Apa sih Danu!” Aku memukul pelan lengannya, sementara dia tertawa.

Sejujurnya aku belum sepenuhnya terbiasa dengan sikap manis Danu yang meningkat berkali-kali lipat semenjak kami resmi berpacaran. Perhatian yang ia berikan padaku juga teramat besar hingga kadang aku tidak bisa mengimbanginya, tapi Danu bilang itu adalah salah satu cara dia mengekspresikan perasaannya. Dia ingin aku tahu bahwa dia memang serius dengan perasaannya. Lagipula katanya selama ini ia lebih sering menerima kasih sayang dan segala perhatian di rumahnya mengingat posisinya sebagai anak bungsu, jadi kali ini Danu ingin melakukan hal diluar kebiasaannya.

Maka aku tidak bisa mendebat lagi. Satu-satunya yang bisa kulakukan adalah menerima perasaan tulus Danu dan membalasnya sebisaku.

Tiga puluh lima menit kemudian mobil Danu menepi di depan sebuah cafe yang menjadi tempat perayaan ulang tahun Hanum. Kata Danu cafe itu sudah dibooking penuh malam ini khusus untuk Hanum.

Aku turun dari mobil sambil memeluk kotak kado berpita merah muda. Isinya satu set makeup yang kubeli tempo hari  atas saran Danu karena aku tak kunjung menemukan ide lain yang lebih bagus sebab aku tidak tahu apa-apa saja yang disukai Hanum. Aku tidak begitu dekat dengannya, hanya sebatas kenal karena dia pacar dari teman dekatnya Danu.

“Yuk?!” Danu berujar dan menggandengku dengan santai.

Sampai dalam, rupanya sudah banyak tamu yang hadir. Danu membawaku menemui Hanum yang tampil cantik malam itu dengan dress berwarna lavender serta mahkota kecil yang menghiasi kepalanya. Bongkahan amethyst tampak berkilau di leher dan telinganya sebagai bandul kalung dan anting.

Aku memasang senyum termanisku. Lalu menyerahkan kotak kado yang tadi dalam pelukan. “Selamat ulang tahun ya Hanum.”

Hanum balas tersenyum. Ia menerima kotak itu dan memelukku singkat. “Makasih ya Nares.”

Aku mengangguk. Setelah itu Danu turut memberikan ucapan selamat ulang tahun padanya dengan sedikit doa tulus tanpa terkesan basa basi. Setelah itu Danu mengajakku duduk sambil menunggu tamu-tamu lain datang.

Playlist: End to Start [END]Where stories live. Discover now