Playlist 19 : Mood Swing

342 73 27
                                    

Yang bisa membandingkan masalah ini ringan atau nggak hanyalah diri sendiri.

___

Naresya :
Danu kayanya bsk aku gk jadi ke perpus, mau healing dulu 🥺
Nanti aku kabarin lagi yaa


Danu :
Beneran?


Naresya :
Iyaaaa


Danu :
Yaudah take your time ❤

Naresya :
'-'7 |


Kulempar ponsel sembarang arah sebelum merebahkan tubuh di atas kasur. Menatap langit-langit kamar bersamaan dengan perkataan Agam yang kembali menghampiri dalam pikiran setelah tadi menjadi penyebab untuk membatalkan janjiku dengan Danu secara sepihak.

Nyatanya bukan healing yang akan aku lakukan, tapi memberi jarak sejenak dengan Danu untuk berpikir apa yang harus aku lakukan selanjutnya.

Namun, sialnya jawaban itu tak kunjung kutemukan. Alih-alih mencari solusi, aku malah menghindari Danu dengan dalih memberi dia ruang dan waktu untuk dirinya sendiri tanpa perlu mencemaskan masalahku. Aku ingin Danu fokus dengan apa yang sedang dia lakukan, maka menghindar adalah jalan satu-satunya yang terpirkirkan olehku sejauh ini.

Sejak hari itu beberapa kali Danu menelepon yang hanya kuangkat sebagai formalitas. Menanyakan kabarnya dan hal-hal remeh lain yang biasanya jarang aku lakukan karena Danu selalu melakukannya lebih dulu.

Aku bilang aku sedang sibuk mencari referensi lain yang bisa kugunakan untuk skripsi jadi Danu tidak perlu khawatir. Pokoknya sebisa mungkin aku ingin Danu menganggapku sedang baik-baik saja.

Walau sayang ternyata realita tak sependapat. Sudah dua kali judulku ditolak Bu Ema dengan berbagai macam alasan yang membuat moodku semakin turun. Aku jadi mulai mempertanyakan kemampuanku selama ini. Bertahun-tahun kuliah, sebenarnya apa yang sudah aku dapatkan sampai membuat proposal skripsi saja begitu sulit?

Payah!

Satu embusan napas berat kembali menguar dari mulutku tanpa sadar. Kuseret kaki menyusuri jalanan dengan wajah menunduk menatap aspal sambil memeluk sebuah buku yang baru kupinjam dari perpustakaan.

Langkahku terhenti ketika mendengar suara klakson motor dari samping dan ketika aku menoleh, sosok Jupri ada di sana. Nyengir lebar sambil melambai ke arahku.

“Jupri?” Aku mengenyit bingung melihat sosoknya berkeliaran di sekitar kampusku. “Ngapain di sini?”

“Mau jemput lo dong.”

“Hah?”

“Habis bimbingan kan? Pasti capek kan? Yok ikut gue, kita berburu makanan kesukaan Naresya.”

“Dih, apaan lo!”Jupri hanya terkekeh kemudian menepuk-nepuk jok belakang motornya.

“Mau gak Neng?” candanya membuatku mengernyit aneh walau ujung-ujungnya tetap naik ke atas motornya.

“Jup, kok lo tau gue abis bimbingan?” tanyaku yang sejak tadi tidak bisa mengenyahkan rasa penasaran. Kalau Danu aku tidak heran, tapi ini Jupiri. Sejak kapan dia hapal jadwal kegiatanku?

Playlist: End to Start [END]Where stories live. Discover now