Playlist 22 : Saiki Kusuo

330 72 13
                                    

Mungkin Jupri memang Saiki Kusuo versi lokal.

____

Aku mengernyit ketika mendapati dua kantong kresek menggantung di gagang pintu kamar. Aku mengintip ke dalam, rupanya salah satunya berisi sketsa milikku yang digulung rapi sedangkan satunya lagi berisi makanan dan sepucuk surat yang akhirnya aku tahu bahwa itu dari Lana.

Isi suratnya tak lain berupa permintaan maaf atas kejadian tempo hari serta pujian soal gambar buatanku. Seketika aku menghela napas dan masuk ke dalam kamar. Bukannya aku tidak mau memaafkan Lana, tapi akhir-akhir ini moodku jelek sekali jadi kupikir ada baiknya dulu aku tetap seperti ini sampai perasaanku membaik. Aku tidak bisa berbaikan dengan Lana jika suasana hatiku begini bukan? Beruntung setelah hari itu aku belum bertemu lagi dengan Lana.

Pertama-tama aku harus menata perasaanku terlebih dahulu. Menghilangkan pilu dalam hati serta mengenyahkan segala hal tentang Danu dari pikiran sebab aku harus tetap melangkah maju tanpa dirinya, lalu memantapkan hati untuk berkomitmen pada diri sendiri bahwa aku akan lulus dan menyabet gelar sarjana seperti yang diharapkan keluarga.

Namun seperti dugaanku, menata perasaan itu tidak mudah. Ada saja yang mengganjal di hati yang membuatku selalu kehilangan fokus lagi dan lagi, seperti ketika aku sedang sibuk menyusun ulang proposal skripsi lalu tanpa sengaja berakhir melamun. Sadar-sadar, waktu sudah terlewati begitu saja.

Aku sudah seperti ibu tunggal yang memusingkan banyak hal. Kebutuhan anak, uang sekolah, cicilan rumah atau pinjaman dari bank yang harus segera dibayar. Padahal yang kupikirkan tidak seberapa, tapi entah kenapa rasanya teramat berat. Apa mungkin kapasitas otakku yang terlalu sedikit atau hatiku yang terlalu perasa?

Ketika aku memikirkan itu semua, lagi-lagi waktu berlalu begitu saja dan yang bisa kulakukan hanya menghela napas sembari memangku wajah dengan sebelah tangan. Rasa-rasanya aku ingin punya kekuatan mengendalikan waktu agar aku bisa menghentikan waktu sesukanya, membuat free time untuk diriku sendiri sepuasnya.

“Dari pada ngarepin hal yang mustahil, mending kamu manfaatin waktu seefektif mungkin.” Tiba-tiba suara Danu melintas dalam benakku seolah dia sedang mengawasiku dari jauh dan mengetahui bahwa lagi-lagi aku berkhayal yang tidak mungkin.

Pernah suatu hari aku bilang pada Danu kalau aku ingin seperti Sailor Pluto, dia bertanya siapa itu Sailor Pluto lalu kujawab kalau dia salah satu tokoh di anime Sailor Moon yang memiliki kekuatan mengendalikan waktu.

Setelah mendengar jawabanku Danu hanya berekspresi datar lalu membalasnya dengan kalimat yang tadi terbesit di benakku. Aku berdecak karena tak mendapat respon sesuai harapanku. Ya, lagipula salahku sendiri berkata begitu pada Danu. Harusnya aku berbicara pada Jupri saja, karena dia pasti akan menjawab:

“Kalau gitu gue juga mau kaya Julius Novachrono.”

Sudah terbayang Jupri akan berkata demikian sambil memasang wajah konyol khasnya. Omong-omong Julius Novachrono adalah tokoh anime lainnya yang punya kekuatan serupa seperti Sailor Pluto.

Aku menghela napas lagi. Alih-alih lanjut mengerjakan  proposal skripsi, aku malah sibuk mengenang momen-momen yang sejujurnya tidak penting-penting amat untuk diingat. Bahkan Danu tidak akan tahu kalau aku sedang mengenangnya.

Oh, shit! Aku lupa kalau aku harus mengenyahkan Danu dari pikiranku. Maka kugelengkan kepala kuat-kuat berharap sosok Danu akan rubuh dari dalam kepala kecilku ini.

Lalu terakhir aku melirik jam dinding yang rupanya sudah mengarah ke angka dua dini hari kurang sepuluh menit.

“Lebih baik gue tidur sekarang,” gumamku sambil mematikan laptop dan merangkak ke atas tempat tidur dimana Yoru sudah berbaring lebih dulu menguasainya.

Playlist: End to Start [END]Where stories live. Discover now