9. Kacau dan Berantakan

22.6K 1.4K 67
                                    

Arrion menatap pantulan tubuhnya yang bertelanjang dada di depan cermin. Cowok itu baru selesai mandi dan hanya memakai handuk yang dililitkan di pinggang. Mandi dengan air dingin, nyatanya tidak cukup membuatnya merasa segar dan tenang.

Napas Arrion semakin memburu seiring dengan tatapan mata yang semakin tajam, menatap pantulan kedua matanya sendiri di depan cermin.

Prang.

Pantulan wajah tampan Arrion menghilang, setelah cowok itu melayangkan tinjuan kuat pada cermin, membuat benda yang terbuat dari kaca itu retak dan jatuh sebagian.

Darah segar yang mengalir dari buku jari tangan, tidak membuat bibir Arrion bergerak untuk sekadar mengeluarkan ringisan.

Merasa tidak puas, Arrion kembali menghantam pecahan kaca yang tersisa, dengan membenturkan kepalanya. Seketika keningnya ikut mengeluarkan cairan kental berwarna merah.

Cowok itu memejamkan mata saat rasa pusing dan perih dari luka yang dibuatnya sendiri, sedikit mengalihkan rasa sakit di hati dan mengusir rasa bersalah untuk sesaat.

Arrion ... kecewa dan marah pada dirinya sendiri.

Dia mengingkari janji.

Pada dirinya sendiri dan pada seseorang yang sangat dihormati. Namun sayangnya, beliau sudah tidak bisa dia temui di bumi.

Berjalan gontai lalu membanting tubuh tidak berenergi nya pada kasur empuk dan mengabaikan luka berdarah nya, kedua mata Arrion berkedip pelan menatap langit-langit kamar. Sebelum beralih pada jam dinding sebentar kemudian terpejam. Sembari berhitung dalam hati sampai akhirnya ... alarm tanda peringatan di ponselnya menyala.

"One year passed." gumamnya lirih.

Arrion butuh berteriak kencang atau melempar apapun yang ada di apartemennya agar perasaannya lega. Atau biasanya, Arrion melampiaskannya dengan berolahraga sampai kehabisan tenaga. Lalu setelahnya dia baru akan bisa terlelap.

Namun untuk sekarang, Arrion tidak ingin melakukan apapun.

Arrion memilih menyiksa diri lebih jauh lagi.

Membiarkan dadanya dipenuhi sesak.

Menikmati rasa sakit sendirian ditengah malam yang damai.

Arrion menelan ludah kasar untuk menahan agar air matanya tidak keluar. Namun, pada akhirnya ... tetesan hangat mengalir di pelipisnya.

Malam ini adalah tepat satu tahun mengenang kepergian seseorang. Yang mana, tepat satu tahun lalu Arrion pernah meraung keras karena kehilangan sandaran dan tujuan hidupnya.

"I'm sorry, Pi."

★★

Di cap berandalan, nyatanya tampilan Arrion jauh dari kata urakan. Justru lebih terlihat seperti siswa teladan. Seragam dan rambut Arrion selalu bersih dan tertata dengan gaya andalan. Begitupun dasi di kerah seragamnya selalu terpasang.

Dan kehadirannya, selalu mampu menarik perhatian. Mereka membencinya, tapi mereka juga tidak pernah mau melewati pesona Arrion begitu saja. Meski sembari memberi cibiran dan sindiran.

PRICELESSWhere stories live. Discover now