39. Suasana Baru

13K 584 6
                                    

Menghela napas dalam-dalam dan memastikan air matanya tidak lagi keluar, Bellissa akhirnya mengetuk pintu rumah yang mulai sekarang akan menjadi tempatnya pulang.

Bellissa menggigit bibir bawahnya dengan jantung berdegup kencang, saat mendengar suara kunci yang diputar dari dalam.

“Sa ...,”

Usaha Bellissa untuk tidak menangis lagi gagal, setelah melihat wajah dan mendengar suara dari sosok pria yang terlihat terkejut dengan kehadirannya yang datang tiba-tiba.

Bellissa ... merindukan pria itu. Sangat.

“Pa ...,” ucapnya, sebelum menghambur kedalam pelukan pria yang menjadi cinta pertamanya.

Papa.

Sampai Papa mempersilahkan masuk dan menyiapkan sebuah kamar, pria itu terus melirik Bellissa. Ada senyum senang yang tidak hilang dari bibirnya, diantara kebingungan dan ketidakpercayaan kalau gadis kecil yang dulu sering merengek manja itu benar-benar ada dirumahnya.

Sembari meminum secangkir coklat panas, Bellissa melarikan pandangan, memperhatikan ke segala sudut rumah. Jauh dari kata mewah dan megah seperti rumah Mama, rumah Papa bahkan hanya satu lantai. Namun, karena terlihat bersih dan rapi, Bellissa yakin dia akan betah dan nyaman tinggal di sini.

Apalagi, dia akan merasa tenang karena penjaganya sekarang adalah Papa. Pria itu akan melindunginya.

Seperti dulu.

Bellissa menggigit bibir, dia ... ingin menangis mengingat masa itu.

“Sa ...,”

Bellissa menyahut sembari beranjak dari duduknya saat Papa memanggil dan mengatakan kalau kamarnya sudah bisa dipakai.

“Istirahat, tidur yang nyenyak. Besok kita ngobrol banyak.” ucap Papa sebelum memeluk dan mengecup puncak kepala Bellissa.

Papa tidak banyak bertanya, meski terlihat sekali khawatir dan penasaran. Pria itu juga menahan kerinduannya dengan membiarkan Bellissa yang kelelahan lebih dulu istirahat. Namun, sebelum berlalu Papa sempat menatap lekat dan mengelus pipi Bellissa yang masih terlihat memerah hasil karya tangan Mama.

Bellissa yakin Papa bisa menebak sebab dibaliknya.

★★★

Perselingkuhan adalah alasan kedua orang tua Bellissa bercerai.

Papa yang berselingkuh.

Apapun alasannya, Bellissa tidak akan pernah membenarkan perselingkuhan yang Papa lakukan. Papa jelas salah, namun, Mama juga tidak selalu benar.

Bellissa sempat memendam kemarahan pada Papa—setelah dia tahu. Karena sebelumnya, Bellissa tidak mengerti apa-apa. Tidak ada yang berubah dari cara Papa memberi kasih sayang dan apapun yang Bellissa mau. Bellissa hanya menurut saat Mama membawanya pergi dari rumah. Dan sebagai bentuk pelampiasan juga menghargai kekecewaan Mama, Bellissa menuruti ucapan Mama yang melarangnya untuk bertemu pria itu.

Namun seiringnya waktu, Bellissa rindu.

Mama tidak salah memilih pasangan, Om Satya sangat baik. Tapi, tetap saja Bellissa merasa haus kasih sayang dari Papa kandungnya.

Papa gagal menjadi suami untuk Mama, tapi ternyata, baginya Papa akan tetap menjadi Papa terbaik versinya.

Bellissa tahu, diam-diam Papa sering memperhatikannya dari kejauhan.

Balasan dari pengkhianatan yang Papa lakukan juga sudah mendapat balasan. Karma Papa cukup instan. Tidak lama dari penceraian nya dengan Mama, Papa dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja. Wanita yang menjadi selingkuhan Papa juga menghilang dengan meninggalkan banyak hutang. Sampai Papa harus menjual rumah yang mereka tempati dulu dan memulai hidup yang baru.

PRICELESSWhere stories live. Discover now