14. Lima Hari Lagi

19.3K 1.2K 74
                                    

Bellissa kembali ke kelas beberapa menit sebelum bel masuk berbunyi. Sepanjang perjalanannya, tidak ada lagi yang tersenyum atau menyapa ramah seperti tadi pagi.

Beberapa orang tampak terlihat jelas memusuhi. Bellissa tahu alasannya, karena dia membuat seorang Allredo Graham yang mereka idolai, galau dan sakit hati. Dan Bellissa berusaha untuk tidak peduli. Bellissa punya hak penuh atas keputusannya sendiri.

Kalaupun seandainya, Allredo meminta menjadi pacarnya karena mempunyai rasa, lalu Bellissa menerima hanya karena kasihan atau tidak enak karena terus menolak, bukannya itu jauh lebih menyakiti Redo? Karena akan dianggap memainkan perasaannya, kan?

Bellissa tidak merasa pernah memberi harapan. Bellissa tidak menyesal menolak Redo. Karena Bellissa, tidak ingin memainkan perasaan seseorang. Siapapun.

Dan, kenapa hanya karena tampan orang-orang harus se-fanatik itu menyukai Allredo Graham?

“Sa,”

“Hah?"

Bellissa tersentak kaget, saat Zarra memanggil sembari menepuk bahunya.

“Ngelamun mulu, mikirin apa?”

“Em?” Bellissa menaikkan kedua alisnya lalu menggeleng. “Nggak.”

Zarra tentu tidak percaya. “Pasti mikirin Redo sama sikap orang-orang sama lo sekarang, ya?”

Bellissa tidak menjawab, hanya menghela nafas berat.

“Lo nyesel nolak dia?”

Bellissa menggeleng.

“Keputusan lo udah tepat berarti. Nggak usah dipikirin lagi. Nggak usah terlalu peduli sama pendapat orang-orang juga.” Zarra mengusap-usap bahu Bellissa. “Lo pemeran utama dalam hidup lo, Sa, mereka hanya peran pembantu, mereka ada hanya untuk memeriahkan masalah hidup lo doang. Mereka nggak akan ikut tanggung jawab, seandainya lo ngikutin kemauan mereka lalu ... gagal atau terjadi hal diluar yang diinginkan.”

Oh, jadi begini rasanya dinasehati sahabat lagi.

Bellissa baru sadar, Zarra adalah teman dekat keduanya setelah Sheryl. Sebelumya, Bellissa tidak punya teman akrab lain selain Sheryl. Karena ... Sheryl yang melarangnya.

Sheryl melarang Bellissa untuk berteman dengan selain dirinya, namun Sheryl sendiri secara sadar dan sengaja sering meninggalkan Bellissa untuk ikut bergabung bersenang-senang dengan temannya yang lain.

Dan anehnya, Bellissa selalu patuh pada ucapan Sheryl.

Padahal dulu, Bellissa yang lebih ceria dan berani. Dia yang pertama kali mendatangi Sheryl si gadis kecil yang pendiam, yang menangis diparkiran. Saat masih kelas satu sekolah dasar. Saat tahu alasan Sheryl sering menyendiri karena malu untuk berteman, Bellissa kecil dengan tulus menawarkan pertemanan duluan. Saat tahu alasan Sheryl menangis saat itu karena merindukan dan ingin merasakan pulang-pergi sekolah dijemput Mama, dengan baik hati Bellissa membawa Sheryl ke rumah dan mengenalkannya pada Mama. Yang lima tahun kemudian Mamanya menjadi Mama Sheryl juga, yang kemudian juga membuat Mama lebih dekat dengan Sheryl dari pada Bellissa. Mereka menjadi keluarga setelah Mama Bellissa menikah dengan Papa Sheryl, yang sebelumnya keduanya memang sudah kenal. Nanti, Bellissa ceritakan lebih jelas lagi.

Dan, kalau Bellissa tidak salah ingat, Sheryl mulai berubah dari sana. Dari awal-awal memasuki masa putih biru lebih tepatnya. Menjadi Sheryl yang banyak tingkah dan lebih mendominasi. Menjadi Sheryl yang selalu harus terlihat lebih unggul. Menjadi Sheryl yang ... merebut banyak hal yang Bellissa punya.

Seiring perubahan Sheryl, Bellissa juga tanpa sadar ikut berubah. Menjadi lebih pendiam dan penurut.

Bellissa tersenyum kecil menatap Zarra. Mengucapkan terimakasih dalam hati karena Zarra mau menjadi temannya. “Kenapa lo juga nggak suka sama Redo?” tanyanya. “Maksudnya, kenapa lo nggak ... suka yang sekadar kagum, terus ngedukung dia kayak yang lain juga?”

PRICELESSWhere stories live. Discover now