19. Menghilang

18.7K 1.2K 102
                                    

Bellissa kira, hari ini akan menjadi hari terakhir mengekhawatir kan Arrion. Karena tiga hari berlalu—meski sangat terasa lambat, yang artinya Arrion akan kembali ke sekolah. Setelah diskors lagi akibat perkelahiannya dengan Allredo.

Tiga hari yang lalu, setelah siangnya Arrion berkelahi dengan Allredo dan malamnya cowok itu menghubungi dan meminta Bellissa datang ke taman yang tidak jauh dari komplek perumahan rumah keluarga tirinya, adalah hari terakhir mereka bertemu.

Arrion menunggu Bellissa di bangku taman dengan membawa plastik kecil dari apotek berisi kapas, alkohol, obat merah dan plester. Meminta Bellissa mengobati lukanya.

Tidak banyak obrolan yang mereka bicarakan saat itu. Bellissa menahan diri untuk tidak bertanya banyak—padahal daftar pertanyaan kekhawatirannya pada Arrion sudah berjejer di ujung lidah. Namun, Bellissa menelannya kembali, karena peka Arrion tidak ingin diganggu atau diajak bicara lebih jauh lagi.

Arrion seperti butuh ketenangan. Cowok itu menyandarkan punggung dan kepalanya pada bangku taman. Wajahnya sedikit menengadah, matanya terpejam dan bibirnya tertutup rapat—tidak bergerak sama sekali untuk sekadar mengeluarkan ringisan, selama Bellissa mengobati luka diwajahnya.

Sebelum akhirnya, setelah Bellissa selesai mengobati lukanya, Arrion sempat membuka mata hanya untuk mencari posisi nyaman. Meringsek menyandarkan kepalanya pada bahu Bellissa. Yang Bellissa sambut baik dengan satu tangan memeluk bahu Arrion sementara tangan lainnya mengusap lembut rambut berantakan cowok itu.

Dan ... Arrion tertidur selama kurang lebih satu jam.

Lalu setelah perpisahan malam itu, Arrion seakan menghilang. Tidak bisa dihubungi dan tidak ada kabar sama sekali.

Jadi, hari ini, Bellissa punya ekspektasi tinggi. Mereka harusnya bertemu hari ini. Karena, selain hari ini adalah hari pertama Arrion sekolah lagi, juga karena hari ini adalah ... hari ulang tahun Arrion.

Sayangnya, ekspektasi jauh dari realita. Hari ini justru menjadi puncak kekhawatiran Bellissa.

Karena ternyata, sampai jam istirahat sekarang ini Bellissa belum bisa melihat Arrion. Arrion belum bisa ditemui bahkan belum bisa untuk sekadar dihubungi.

Kemarin-kemarin Bellissa masih bisa berpikir positif, mengira Arrion tidak bisa ditemui dan dihubungi mungkin karena ponselnya disita dan di hukum selama di skors untuk tidak keluar rumah oleh orang tuanya.

Namun, sekarang Bellissa sudah tidak bisa berpikir positif apa-apa lagi. Jadi di sini Bellissa sekarang, di depan kelas Arrion. Untuk bertanya pada dua teman Arrion yang mungkin saja tahu Arrion dimana dan bagaimana keadaannya.

“Al,” Bellissa memanggil cowok penyumbang piala terbanyak seangkatannya. Saat cowok itu baru saja keluar dari kelas.

“Hai, Sa,” teman Althaf disampaikannya yang malah menyapa Bellissa.

“Hai, Ndra.” balas Bellissa dengan anggukan dan senyuman kecil. “Boleh ganggu sebentar?” tanyanya canggung, karena mereka tidak akrab. Bellissa hanya sekadar tahu, tidak begitu kenal.

“Oh, iya, boleh dong. Kenapa-kenapa?” tanya Andra.

Bellissa tersenyum kecil, melihat respon ramah dan terbuka Andra, juga turut senang tahu Arrion punya teman seperti cowok itu, yang dari feeling-nya Bellissa rasa Andra tipe teman yang baik. Padahal dulu Bellissa pernah mengatai Andra gila.

Althaf menggerakkan tangan, mengkode agar mereka sedikit menepi karena ketiganya berdiri di depan pintu yang cukup menghalangi jalan. Cowok itu juga menatap dan mengusir tajam pada beberapa orang yang menatap dan ingin menguping karena penasaran.

PRICELESSWhere stories live. Discover now