36. Memutus Hubungan

13K 699 31
                                    

Arzanka Arrion Gracio

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Arzanka Arrion Gracio

★★★

Arrion mengancingkan lengan kemeja putihnya sebelum akhirnya melapisi tubuhnya dengan tuxedo. Membiarkan dua kancing teratas nya terbuka, cowok itu menatap penampilannya yang sudah siap di depan kaca. Namun, Arrion justru termenung lama.

Haruskah dia pergi?

Jantungnya berdebar kencang, tarikan napasnya terasa tidak nyaman. Perasaannya ... berantakan.

Setelah sekian lama dan banyaknya ajakan, Arrion akhirnya menyetujui bertemu mereka.

Arrion menelan ludah dengan kedua tangan mengepal, sebelum menarik napas panjang dan meraih ponsel serta kunci mobil.

Melajukan mobil sport hitamnya dengan kecepatan sedang, kedua bola mata Arrion menatap tajam pada jalanan yang cukup lenggang. Membayangkan apa yang akan kedua orang tuanya bicarakan. Mereka tidak mungkin hanya sekadar mengajaknya makan malam.

Sampai akhirnya, tiga orang dewasa yang menunggunya, menyambut kedatangan Arrion dengan senyuman.

“Duduk, Ar,” Papa langsung mempersilahkan Arrion duduk, yang tanpa basa-basi Arrion turuti. Cowok itu menarik kursi kosong lalu di duduki.

“Mama seneng banget kamu beneran datang,” disampingnya Mama mengelus lengan Arrion dengan mata berbinar senang. “Kamu jauh lebih ganteng kalau dilihat sedekat in—” Arrion tidak menepis, namun menjauhkan wajah saat wanita itu ingin mengelus rahangnya juga. Dan saat itu tatapan Arrion bertemu dengan tatapan polos dari seorang balita yang duduk di depannya. Yang tubuh kecilnya nyaris tertelan tinggi meja.

“Oh ini ... Aurora.” senyum Mama yang sempat memudar kembali melebar. Mama mengenalkan mahluk yang masih berbadan kecil itu dengan excited. Mengelus lembut rambut balita yang sedang memegang gadget dipangkunya, yang masih menatap Arrion dengan kedipan lugu. “Anak Mama juga.  Adik ... kamu.”

Arrion tahu.

Say hai sama kakak kamu, sayang.” ucap Mama.

Dan Arrion memalingkan wajah saat gadis kecil itu menurut. Menyapa dan menyebut nama Arrion dengan embel-embel ‘kak’ dan gaya bicara yang lucu, khas bayi umur tiga tahunan. Yang sayangnya, tidak Arrion pedulikan.

Suasana yang sedari awal memang canggung sempat bertambah tegang sebelum Papa Arrion berdeham dan memanggil pelayan agar segera membawa pesanan mereka ke atas meja.

“Ayo, kita makan dulu. Kamu pasti lapar.”

“Aku masih kenyang.” sahut Arrion datar. Sedatar wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi yang dirasakannya. Kedua tangannya bahkan tenggelam di saku celana. Tidak berniat sedikitpun menyentuh makanan mahal khas restoran bintang lima yang tersaji di atas meja.

PRICELESSWhere stories live. Discover now