MD&L (5).

3K 197 36
                                    

🌿

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

...🌿...

__________________________________

"Hallo?"

"Zea?"

"Rangga?"

"Maaf." Terdengar suara pria di seberang telepon merendah.

"Untuk apa?"

"Jangan pura-pura gak tahu, Sayang. Hanna cerita semua tentang kamu, bahkan dia sampai marahin aku."

"Kalau Hanna gak beritahu, kamu gak minta maaf?"

"Kamu marah ya? Kalau gitu aku di depan rumah kamu. Coba lihat keluar jendela."

________________________________

Matanya menyipit sembari berpikir sejenak lalu terbirit-birit membuka korden jendela berwarna hijau muda yang tak jauh dari tempat tidurnya. Ia melihat kebawah dan pria itu di samping mobil sambil tersenyum padanya. Ia melambaikan tangan pada Zea lalu mengangkat sekantong plastik di tangan kirinya. Zea terpaku.

Setelah apa yang Rangga lakukan pria itu masih berani datang? Padahal Zea sama sekali tidak mengharapkan kehadirannya. Setelah pulang sekolah tadi, Rangga memang mengantarnya tapi tidak ada sepatah kata keluar dari mulutnya.

Zea melirik jam di atas nakas menunjukkan pukul 08:00 malam. Ayahnya pasti tidak pulang lagi. Pria paruh baya satu itu walaupun Zea hilang tidak mungkin dia peduli yang ada di otaknya hanya istri milik orang.

"Boleh turun sebentar bidadari?" sahutnya dari bawah. Matanya membentuk bulan sabit. Ia tersenyum.

Zea menelan salivanya susah payah lalu mengangguk. Entah apa yang membuatnya menjadi gugup melihat langsung kehadiran kekasihnya.

...🌿...

Rangga menyelipkan anak rambut Zea ke belakang telinga. Terpaan angin membuat malam menjadi canggung begitupun dengan Rangga yang baru pertama kali melihat Zea memakai pakaian santai selain seragam sekolah. Celana sebatas lutut dan crop top putih di tutupi dengan handuk kecil di kedua pundaknya.

"Maaf," ucapnya pelan.

Zea menatap manik-manik matanya. Terlihat sangat tulus. Zea hanya mampu mengangguk.

"Jangan marah lagi, Thalita sama aku gak ada hubungan apapun. Hanya sebatas teman untuk olimpiade matematika untuk Minggu depan."

Pria yang berdiri di hadapan Zea adalah pria yang memiliki banyak kelebihan entah bagaimana ia mendapat semua itu. Tuhan terlalu baik padanya. Sedangkan Zea sering merasa insecure pada sang pacar. Seperti tak pantas saat bersamanya.

My Daddy & LoveWhere stories live. Discover now