MD & L (12).

852 78 12
                                    

> 🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

> 🌟

...🌿...

Pukul 11:50 malam Zea menginjakan kaki masuk ke dalam rumah ayahnya, Juan. Dengan kantung memenuhi mata. Zea celingak-celinguk mencari sesuatu, namun tidak menemukan kedua manusia itu. Akhirnya memutuskan untuk menaiki anak tangga setelah mengunci pintu.

Jam berdetak sesuai langkah kaki Zea. Seperti di film-film horor bulu kuduk gadis itu berdiri. Entah apa, tapi seperti ada suatu yang mengikuti Zea dengan cara mengendap-endap dari belakang.

Dengan cepat Zea berbalik setelah mencapai puncak anak tangga. Melihat ke bawah tangga ruangan itu sudah gelap sejak tadi. Namun tak ada siapapun di belakang. Atau cuman perasaannya.

Zea memeluk erat tas yang ia bawa agar menghilangkan rasa takut. Beberapa langkah lagi akan sampai ke kamar.

Brak!!

Dada Zea kembang-kempis setelah menutup pintu secara kasar. Zea sekuat tenaga menggeser sofa panjang yang ada di kamar mendorongnya hingga menutup pintu kamar.

"Masa iya pencuri? Atau mafia mau culik gue lalu dipaksa nikah lagi," lirih Zea bergelut dengan pikiran yang tak karuan.

Zea terduduk di sofa memegangi pinggang yang terasa patah. "Aduk, capek banget lagi."

Setelah sedikit tenang. Zea mengambil handphone di dalam tas. Zea seketika terkejut melihat 45 panggilan tak terjawab dari Key.
Soal, handphonenya sadari tadi senyap saat mengerjakan tugas dan Zea sama sekali tidak mengeceknya.

Kalian tahu jika tugas sebelum lulus dari SMA sangat banyak dan menguras otak, tenaga, dan wajib melawan malas. Itu yang Zea lakukan seharian. Melupakan semua tentang kehidupan sehari-hari hanya ada bolpoin dan kertas polos serta buku materi dari berbagai mapel di atas meja.

Zea mengurungkan niat untuk menelponnya kembali namun tiba-tiba handphone itu kembali menyala. Key menelpon Zea kembali, dan ini yang ke 46 kali. Padahal waktu menunjukkan tengah malam dan pria itu belum tidur.

"Halo?"

"Dari mana kamu? Telpon saya kenapa tidak diangkat?"

Zea berhembus. "Ngerjain tugas."

"Saya menelponmu pukul enam sore, seharusnya kamu di rumah dan tidak ada alasan untuk tidak mengangkat telpon dari saya."

Gadis itu menggerutu. Zea menyesal mengangkat telpon dari Key, tengah malam.

"Maaf." Final Zea.

"Hanya itu?"

"Lalu? Aku harus menangis memohon maaf darimu, begitu?"

Dengan cepat Zea mematikan handphone menekan lama tombol off, sebelum mendengar jawaban pria itu.
Zea lelah harus berhadapan lagi dengan Key, pasti tidak ada habisnya.

My Daddy & LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang