●ANGKASA 6 ✅️

62 7 2
                                    

HAPPY READING!


.
.
.
.
.

Raraa memejamkan mata, tanpa sadar Raraa menangis. Semua orang bertepuk tangan hanyut dengan pembawaan Raraa.

Raraa pergi dari panggung, berlari kearah samping yang lumayan sepi. Raraa menghela nafasnya pelan, berusaha menetralkan sesak yang masuk kerongga dadanya.

Raraa menatap langit malam yang kali ini kosong tanpa bintang ataupun bulan. Raraa menoleh saat seseorang menyentuh pundaknya.

Degg

"Kenapa nangis lagi?" ,tanyanya.

"Gapapa." ,ucap Raraa.

Langit Yudhatama
Laki-laki yang pernah mengisi masa putih biru Raraa. Laki-laki yang selalu ada saat Raraa butuh, laki-laki yang mengisi kekosongan dan kesepian Raraa. Tapi itu dulu.

"Katanya gapapa kok nangis?" ,tanya Langit.

"Berisik lo!" ,ketus Raraa.

Langit tertawa pelan.
"Ada yang belum bisa terbiasa. Itu aku." ,ucap Langit yang membuat Raraa menatap Langit.

"Gue duluan." ,ucap Raraa beranjak pergi.
Namun, belum sempat Raraa pergi Langit menahan tangan Raraa.

"Lupain gue Laura, cari pengganti gue. Lo ngak boleh kek gini terus, lo ngak boleh jalan ditempat terus. Lo harus melangkah." ,ucap Langit tulus.

"Tentu, disaat nanti seseorang mengajak gue untuk melangkah meninggalkan masa lalu gue. Disitu gue benar-benar selesai dengan lo." ,ucap Raraa beranjak pergi.

Langit menatap kepergian Raraa. Ada rasa yang takkan pernah bisa menyatukan Langit dengan Laura nya. Laura Raaa gadis pertama yang pernah singgah dihati Langit.

Dengan Langit yang pergi meninggalkan Raraa.
"Sebagaimana pun kita, gue sangat berat ngelepasin lo Laura." ,ucap Langit beranjak pergi.

Raraa tidak benar-benar pergi, Raraa bersembunyi dibalik tembok pembatas. Raraa melihat kepergian Langit.
"Gue memang belum bisa ngelepasin lo Langit. Tapi itu hanya untuk saat ini, bukan untuk selamanya." ,gumam Raraa.

Setelah dirasa tenang, meski hidung Raraa masih sedikit merah. Raraa berjalan menghampiri Natcwa yang berdiri di salah satu stand makanan.

Tidak heran jika diacara malam ini ada stand makanan. Karna acara disponsori oleh beberapa donatur.

Angkasa yang melihat Raraa dari kejauhan, melambaikan tangannya.

"Raa.." ,panggil Angkasa.

Natcwa dan Alvaro mengikuti arah pandang Raraa.
"Raa are you okay? Soalnya tadi gue liat lo langsung pergi gitu aja." ,ucap Natcwa.

"I'm okay." ,ucap Raraa.

Natcwa menyunggingkan senyum leganya. Tadi saat Natcwa melihat Raraa pergi dari panggung, Natcwa ingin mengejarnya namun Natcwa berpikir lagi. Mungkin Raraa butuh waktu sendiri.

Acara terus berlanjut, Raraa dan Angkasa memisahkan diri dari yang lain. Angkasa mengajak Raraa berkeliling, setiap pinggir koridor diberi penerang meski remang-remang.

"Malam ini kosong ya kasian langit malamnya sendiri tanpa teman." ,ucap Angkasa memecah keheningan diantara keduanya.

"Kadang memang semuanya ga harus sama-sama." ,ucap Raraa.

Angkasa mengangguk setuju.
"Lo suka apa didunia ini Raa?" ,tanya Angkasa.

"Laut." ,ucap Raraa.

"Kenapa laut?" ,tanya Angkasa.

"Karna laut menyimpan banyak rahasia yang ngak semua orang tau. Orang lain hanya tau laut yang tampak dimatanya. Mereka tidak tau apa yang tidak mereka lihat." ,ucap Raraa.

"Setuju sih gue." ,ucap Angkasa.

"Kalo lo suka apa Saa?" ,tanya Raraa.

"Kalo sukanya lo boleh?" ,tanya balik Angkasa.

Raraa terdiam sebentar.
"Gue belum selesai dengan masa lalu gue." ,ucap Raraa.

Menyukai seseorang itu mudah. Namun, saat kita disuruh melepaskannya itu tidak akan mudah.

*****

Tadi setelah acara berakhir. Raraa mengajak Natcwa menginap dirumah Raraa. Natcwa pun setuju dia belum pernah pergi kekediaman Artharin yang baru itu. Terakhir Natcwa kerumah Raraa, saat Raraa masih dirumah lamanya yang kini telah dialih fungsikan.

Dan disinilah Raraa dan Natcwa sekarang, berdiri didepan gerbang sekolah. Dengan Angkasa dan Alvaro yang berada didepan mereka lengkap dengan motor sport masing-masing.

"Lo pulang sama siapa Raa?" ,tanya Angkasa.

"Sama abang." ,ucap Raraa.

"Terus lo Wa?" ,tanya Alvaro.

"Gue nginap rumah Raraa." ,ucap Natcwa.

Setelah berbincang sesaat, Angkasa dan Alvaro berpamitan pulang. Sebelum pulang, Angkasa membuka kaca helmnya sebentar.

"Hati-hati Raa, udah malam." ,ucap Angkasa.

"Iya lo juga hati-hati." ,ucap Raraa yang diacungi jempol oleh Angkasa.
Setelahnya, kedua motor sport berwarna hijau melesat membelah jalanan kota.

Sekitar kepergian Angkasa dan Alvaro. Natan sampai didepan gerbang sekolah dengan mobil hitam Zean. Natan membuka kaca mobil.

"Ayo masuk Raa." ,kata Natan memanggil Raraa.

"Iya, ayo Wa." ,ucap Raraa yang diangguki Natcwa. Raraa dan Natcwa masuk kedalam mobil, dengan Raraa yang duduk disebelah Natan dan Natcwa yang duduk dibangku belakang.

Selama diperjalanan, baik Natan, Raraa ataupun Natcwa hanya diam. Natan yang fokus nyetir, sedangkan Raraa dan Natcwa sibuk dengan pikiran masing masing.

"Raa kita anterin Arin dulu?" ,tanya Natan.

Raraa menoleh pada Natan.
"Ngak usah bang, Arin nginap dirumah." ,balas Raraa.

Natan mengangguk paham. Natan memang terbiasa memanggil Natcwa dengan panggilan Arin yang diambil dari nama tengah Natcwa.

Arin adalah nama kecil Natcwa. Juga Araa adalah nama kecil Laura Raraa.
Sekitar 30 menit perjalanan.
Mobil hitam keluaran terbaru memasuki perkarangan rumah dengan satpam yang membukakan gerbang.

"Gue duluan bang. Ayo Wa." ,kata Raraa keluar dari mobil.

"Duluan bang." ,ucap Natcwa.

"Iya." ,kata Natan kembali melajukan mobilnya memasuki garasi.

*****

Segini dulu

See you ANGKASA to next

786 word

Angkasa or Vanara [New Version]✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang