43. Andai Kita tak Pernah Jumpa

8.7K 657 219
                                    

Munggar selalu bertanya-tanya apa jadinya kalau mamanya tidak pernah menyuruhnya untuk donor darah ke Tenang Hati...

Munggar masih mengingat hari itu seolah baru terjadi minggu kemarin.

Munggar tidak terlalu suka berandai-andai, tapi dia bisa membayangkan kalau dia tak pernah bertemu Bestari Ayu Pandhita.

Hidupnya mungkin akan super membosankan...

***

Munggar berangkat ke Cisarua sepagi yang dia bisa, sambil membawa buket bunga di tangannya. Sudah tiga hari berlalu, dan Munggar tidak tahu apa yang harus dia harapkan saat dia mendatangi nurse station utama untuk minta diantar ke kamar Bestari, seperti yang sudah-sudah..

Tapi yang jelas, Munggar tidak mengira kalau nurse station itu kosong.

Munggar memutar badan dengan bingung, "Halo?" panggilnya ragu.

Seorang petugas kebersihan yang baru datang untuk mengepal hall mendekati Munggar. "Cari perawat jaga ya, Pak? Mungkin bisa ditunggu sebentar... kayaknya semuanya lagi diperbantukan di belakang..."

"Ada apa ya, Pak?" tanya Munggar.

Lelaki muda itu menggaruk kepala. "Wah kurang tahu Pak... tapi kayaknya ada pasien yang kabur pas olahraga di lapangan rumput belakang tadi..."

Munggar menaikkan alis.

***

Munggar sudah belajar untuk menuruti firasatnya. Jadi saat petugas kebersihan tadi menyuruhnya menunggu, Munggar memilih untuk menelusup masuk. Dia ingat lapangan rumput luas di Gu Xiang, dengan banyak pohon peneduh dan kursi-kursi.

Tak butuh waktu lama sebelum Munggar sampai ke situ, dan mulai berjalan menyusuri taman berumput.

"Pak Munggar!" Suara Ghaisan memanggilnya.

Munggar berhenti berjalan dan menoleh ke belakang, Ghaisan sedang berlari kecil menuju ke arah Munggar. "Pak Munggar, Bu Bestari hilang...."

Munggar menelengkan kepalanya. "Hilang diculik... atau...?"

"Kabur setelah selesai olahraga pagi.." kata Ghaisan dengan napas terengah dan mulai berjalan.

Munggar tidak tahu harus bereaksi apa. Jadi pasien yang menyebabkan semua perawat diperbantukan untuk mencari adalah... Bestari?

"Kabur? Terdengar seperti aktivitas orang sehat," kata Munggar sembari menjajari langkah Ghaisan.

Ghaisan berdecak. "Memang sehat. Dan bandel sekali... "

Munggar terkekeh. "Apa aku tidak salah dengar? Kenapa pasien Gu Xiang penuh darah, dan menyedihkan, seolah satu kaki mereka sudah ada di liang kuburan, dan sekarang dalam waktu tiga hari saja sudah bisa merepotkan kalian begitu rupa?"

"Bu Bestari mendapat Langkah Terakhir yang sudah dimodifikasi, tak butuh banyak penyesuaian karena sebelumnya nanobot sudah ada di tubuh dia dalam waktu lama. Prosesnya hanya empat jam saja dan 24 jam setelahnya dia sudah segar bugar lagi..."

"SUDAH KETEMUUU!!!" Suara teriakan dari arah utara lapangan rumput, di dekat pohon tinggi dan semak-semak.

Munggar dan Ghaisan berpandangan, lalu bergegas, setengah berlari menuju sumber suara.

Andai Kita Tak Pernah JumpaWhere stories live. Discover now