34. Seribu Tahun Kedamaian (2)

2K 418 27
                                    

Hampir semua orang masih terjaga malam itu... 

Siaran langsung dari Tenang Hati masih berlangsung dan disiarkan di TV.

Belasan wartawan melakukan liputan, host dari aneka aplikasi medsos yang melakukan live dekat sana, helikopter berita beberapa kali memutar untuk mengambil gambar dan ratusan masyarakat menonton. Kericuhan sudah tidak bisa ditangani, bahkan meskipun Yayasan sudah meminta tolong ke Polsek terdekat.

Pukul sebelas malam, gerbang yayasan dibuka. 

Satu mobil berbadan bongsor berwarna hitam--Toyota Hi-Ace yang sudah dimodif jadi ambulans--memasuki kawasan yayasan. Helikopter tidak bisa mengambil gambarnya karena wilayah Tenang Hati rimbun oleh pepohonan. 

Empat puluh lima menit kemudian, mobil ambulans itu keluar dari gerbang yayasan, diikuti puluhan mobil milik Gu Xiang dan mobil milik keluarga Bestari. 

Tak sampai lima belas menit, jalan raya depan Tenang Hati yang tadinya macet total berangsur bergerak. 

Wartawan-wartawan yang tadinya sedang melakukan liputan serentak menekan ear-piece mereka ke telinga, sebelum mengabarkan pada penonton TV bahwa Yayasan Tenang Hati dan keluarga Bestari Pandhita sudah mengeluarkan joint statement; semua pihak bersepakat Bestari Pandhita akan dibawa dan dirawat oleh keluarga. 

Keluarga Bestari Pandhita memiliki kemampuan finansial yang mumpuni, dan akan sungguh-sungguh memilih perawatan kesehatan yang terbaik dan nomer satu untuk Bestari.

Munggar, sebagai orang yang tahu betapa Indah suka mengambil jalan pintas--dalam urusan menggunakan Gu Xiang untuk 'memperbaiki' Bestari atau menggunakan Munggar untuk mengendalikan Bestari--tidak tahu bagaimana memproses informasi itu. Dia hanya bisa duduk di pinggir ranjang hotelnya yang temaram karena Sakti sudah tidur sejak tadi, menatap layar TV dengan tidak berkedip, dengan perasaan tidak berdaya merambati hatinya.

"Mari kita doakan bersama agar Bu Bestari segera lekas diberi kesembuhan yang sempurna," kata penyiar dari studio TV, sekaligus menutup headline news malam itu.

Munggar hanya terpaku, duduk membeku, lalu mematikan TV.

Seketika, ruangan hotel terasa temaram dan sunyi.

Munggar merasa jantungnya berdebar kencang dan kepalanya merasa pening.

Waktu masih remaja dulu, Munggar ingat dia pernah melihat berita di TV soal rumah yang kebakaran saat ditinggal penghuninya mudik, dan Munggar tidak bisa berhenti memikirkannya.

Munggar selalu penasaran... bagaimana perasaan pemilik rumah, melihat tempat tinggalnya dilahap api dan jadi abu, disiarkan di TV dan ditonton jutaan orang, sementara sang pemilik rumah hanya bisa menontonnya dari TV, di kota yang jaraknya ratusan km?

Sekarang Munggar tidak perlu penasaran lagi karena dia tahu persis bagaimana rasanya...

Mimpi buruk yang sebelumnya hanya dialami orang lain... orang asing.... menjadi kenyataan hidupnya.

Yang paling menyiksa, setidaknya rumah bisa dibangun lagi. Tidak sama seperti sebelumnya dan tidak mudah, tapi bisa... 

Munggar menyaksikan sendiri bagaimana parahnya pengobatan Gu Xiang pada tubuh Bestari, dia melihat bagaimana darah mengalir dari hidung dan telinga Bestari, bagaimana kaku tubuh perempuan itu karena menahan sakit. Munggar ingat betapa shocknya dia, hanya untuk mendapati Bestari dan Ribka menanggapinya dengan biasa saja.

Kini dengan segala keributan ini, Munggar tidak bisa membayangkan sebagaimana parahnya keadaan perempuan itu. Munggar tidak bisa membayangkan Bestari sendirian, kesakitan, dan kini, berada bersama orang-orang yang selama ini dia hindari. 

Andai Kita Tak Pernah JumpaWhere stories live. Discover now