part 23

7.8K 543 13
                                    

Bismillah

             Pocong Itu Bapakku

#part 23

#by: R.D.Lestari.

"Indah... kamu kenapa, Nak? kok berdiri di situ?" suara Ibu membuat Indah tersadar. Perlahan Indah menggerakkan kepalanya menghadap Ibu yang sedang menyusui Mulyani di ranjang.

Indah hanya menggeleng pelan. Ia tak ingin Ibu khawatir dan takut jika ia jujur apa yang baru saja ia lihat.

"Ga ada apa-apa, Bu. Indah mau ke kamar mandi dulu," Indah memutar tubuhnya dan melangkah gontai ke arah kamar mandi.

Tubuhnya masih gemetar hebat saat kakinya melangkah ke arah kamar mandi. Indah terpaksa berpegangan pada dinding agar ia tak terjatuh.

Serrr!

Tuntas hajatnya, Indah kembali di sesapi rasa tak karuan. Bau gosong kembali menyengat di sekitar tempatnya berdiri.

Lampu masih mati, dan saat bersamaan rungunya mendengar suara lolongan anj*ng di belakang rumahnya.

Indah mendekat ke arah dinding dan mengintip di antara celah papan yang bolong. Dan ...

Degh!

"Mbak! Mbak Indah!"

Hampir saja Indah terpeleset di lantai kamar mandi, kalau saja ia tak berpegangan pada ujung bak mandi.

Gadis itu segera melangkah keluar ketika mendengar suara adiknya yang ketakutan.

"Ya, Dek, kenapa?" Indah tersengal saat tiba di kamar. Danang sudah berada di sudut dengan air mata yang mengalir deras.

"Kenapa, In? kok Danang nangis?" tak lama terdengar suara Ibu dari arah kamar.

"Ga kenapa-napa, Bu. Cuma ketakutan tadi waktu Indah tinggal," sahut Indah berusaha menenangkan.

Sementara Danang langsung berhambur ke pelukannya.

"Hu-hu-hu, Mbak, tadi ada yang tegak di ujung kamar, putih dan tinggi," tangis Danang semakin gentar.

"Wes-wes, ga ada apa-apa, kok, Nang," Indah mengelus punggung adiknya yang masih tersedu.

"Dah, bobo, Mbak temenin,"

Danang menurut. Ia berbaring di samping Indah dan memunggunginya.

Klek!

Lampu menyala. Indah tetap menjaga adiknya, ia tidur dengan posisi duduk dan kepalanya menempel di meja belajar Danang.

Hingga pagi menjelang, Ia terjaga dengan posisi yang sama. Berulang kali gadis itu mengucek matanya. Merentangkan kedua tangannya mengusir rasa pegal karena semalaman tidur dalam posisi tak nyaman.

Indah membangunkan Danang untuk sekolah, ia akan mengantarnya berbarengan dengan dirinya yang hendak mencari kerja.

Setelah bersiap-siap, Indah dan Danang melangkah bersama menuju sekolah.

Danang mencium punggung tangan kakaknya sebelum masuk ke pekarangan sekolah, sedang Indah melanjutkan perjalanan ke kampung sebelah.

Saat memasuki wilayah kampung yang bertetanggaan dengan kampungnya, beberapa orang yang berpapasan dengannya menatapnya dengan sorot mata tajam dan menyelidik.

Indah sama sekali tak mengenal mereka, tapi dari tatapan orang-orang itu Indah tau, mereka mengenal dirinya.

Tin-tin!

Karena melamun, Indah tak sadar jika ia berjalan di tengah jalan. Gadis itu terjingkat kaget saat mendengar suara klakson motor yang memekakkan telinga.

Dendam Arwah BapakWhere stories live. Discover now