part 24

7.5K 627 18
                                    

Bismillah

POCONG ITU BAPAKKU

#Part 24

#by: R.D.Lestari.

Brakk!

Terdengar sesuatu jatuh dari arah gudang. Indah berlarian dan ternyata saat Indah sampai gudang, beberapa kardus susu jatuh dari tumpukan, dan beberapa kotak susu berserakan.

Indah menatap gusar. Meraih kota susu yang beberapa bagian rusak dan penyok. Ia menyusun kembali ke dalam kardus dengan perasaan takut.

Bagaimana jika Bosnya marah? meski ini bukan salahnya. Ia pasti akan jadi sasaran. Mana ini hari pertamanya bekerja.

Tap-tap-tap!

Indah tertegun. Terdengar Bunyi langkah kaki di luar. Berarti ada pengunjung yang datang.

Gegas Indah beranjak dan melangkah ke luar. Tak ada seorang pun di luar. Matanya mengedar ke segala arah.

"Astaga!" seketika mata sayu itu melebar. Laci tempat menyimpan uang terbuka.

Indah dengan cepat melesat ke tempat. Kosong. Isinya sudah kosong.

Tubuh gadis itu meluruh di lantai. Tangisnya pecah saat itu juga. Menarik kedua kakinya dan membenamkan wajahnya di kedua paha.

"Ya ... Allah, apa yang harus aku lakukan ...," lirihnya.

Masih dalam keadaan shock, Indah kembali mendengar suara langkah kaki mendekat. Sesegera mungkin gadis itu bangkit dan melihat Pak Sudiro sudah berkacak pinggang di depan tokonya.

"Indah!" pekiknya.

Gadis itu salah tingkah, dengan tergopoh-gopoh ia mendekat, menatap takut-takut Pak Sudiro dengan wajah sangarnya.

"Indah, kenapa Toko di biarkan, kamu kemana saja? seharusnya jangan sedikitpun meninggalkan tempat!" suara Sudiro terdengar lantang.

"Maaf, Pak ... tadi tumpukan kardus susu di belakang jatuh, ada beberapa kotak susu yang rusak," dengan terbata, Indah berusaha menjelaskan.

Mata Pak Sudiro melotot saat itu, giginya bergemeretuk. Belum sampai disitu, dadanya rasa ingin meledak saat Indah mulai mengungkap apa yang sebenarnya terjadi. Di mana uang yang berada di laci habis tak bersisa karena di curi.

"Bod*h! bagaimana bisa kecolongan seperti itu?"

"Baru kerja sehari, sudah buat ulah! apa mau Aku pecat?"

Indah menggeleng. Tubuhnya seketika gemetar hebat. Bulir bening mulai merembes di sudut mata.

"Hari ini kamu kerja sampai jam enam sore! jaga toko, sampai Aku datang!" sungut Pak Sudiro.

Indah hanya mengangguk pelan. Wajah Ibu dan adiknya membayang di pelupuk mata.

Mengingat senyum mereka yang merekah saat tau kini ia sudah bekerja.

Indah melangkah gontai. Kembali ke arah meja kasir dan menunggu pembeli.

Langit sudah berubah jingga, pertanda hari mendekati waktu magrib, matahari mulai tenggelam, Indah masih berada di Toko.

Ia menunggu kedatangan Sudiro dan istrinya untuk menutup Toko, tapi hingga azan magrib berkumandang, mereka tak jua datang.

Indah menunggu dengan resah. Bagaimana ia pulang seorang diri di tempat sepi dan gelap seperti ini?

Dan tak berapa lama kemudian, Sudiro datang. Indah tersenyum penuh arti, tapi lelaki paruh baya yang sedari siang sudah merasa jengkel, tak membalas senyum itu. Ia cuek dan menyuruh Indah untuk segera pulang.

Dendam Arwah BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang