14. Dia dan Lara

728 59 3
                                    

🌸🌸🌸

~𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰~

•••

"Tunggu dulu! Lo belum ngasih penjelasan sama gue!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tunggu dulu! Lo belum ngasih penjelasan sama gue!"

"Penjelasan?" beo Ravindra ketika mendengar pertanyaan yang terlontar dari Alpha.

"Eum... itu kita bahas di kantin aja ya? Gue udah lapar," ucap Lea yang berhasil membuat Alpha menyipitkan pandangannya semakin tajam.

"Ck, gue taro tas dulu. Kalian duluan, ntar gue bakalan nyusul."

Tas yang sedari tadi Alpha pegang kini mulai lelaki itu sandangkan ke salah satu bahunya. Ya, kebiasaan Alpha ialah selalu menyandang tasnya dengan sebelah bahu saja, lalu membiarkan bahunya yang lain bebas tanpa beban.

"Ingat, harus cerita!" tekan Alpha pada setiap katanya sebelum benar-benar beranjak pergi. Lelaki itu pun berjalan menjauhi Lea dan Ravindra yang masih berdiri menatap kepergiannya.

"Emang ada apaan?"

Lea menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Gadis itu bingung harus bagaimana dalam menjawab pertanyaan Ravindra.

"Ya itu--- eh gue masih kesal ya sama yang tadi!"

"Tadi memangnya kenapa?"

Melihat Ravindra yang seolah terpancing dengan alibi darinya membuat Lea menghela napas lega.

"Yang pas lo bilang cinta tak selamanya indah dek. Apa maksud lo bilang kaya gitu?"

"Ya kan emang benar. Cinta ga selamanya indah. Lo berdua masih pagi udah berduaan aja! Ingat kalau berdua aja yang ketiganya bakalan ada setan."

Lea mendelik tajam saat Ravindra mengusai surai hitam miliknya. Hal itu sukses membuat rambut yang sudah susah payah ia tata menjadi terkusai dan sedikit berantakan.

"Ck, Ravindraaaa! Lagian nih ya yang ketiganya itu kan lo. Jadi, lo dong setannya?"

"Lah, ga salah juga sih. Tapi yang jelas bukan gue setannya!"

Lea tertawa kecil saat Ravindra tertegun karenanya. "Hahaha, lagian lo ngaca juga. Lo sama Ana kan juga anu."

"Anu apaan? Lo kalau ngomong jangan pakai anu, ambigu!" balas Ravindra dengan memutar kedua bola matanya malas.

"Gini loh, lo sama Ana kan juga pacaran. Berarti cinta tak selamanya indah dek juga berlaku buat lo!" ucap Lea dengan menjulurkan lidahnya keluar. Berniat mengejek lelaki di sampingnya tersebut.

"Ya itu beda lagi. Ana itu indah, jadi cinta itu bakalan selalu indah jika bersama Ana!"

Mulut Lea terbuka lebar mendengar pernyataan dari Ravindra. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Tidak habis pikir dengan jalan kerja dari otak Ravindra.

Hey, Alpha! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang