Part 03

43 3 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Jam menunjukkan pukul 1 malam. Farenza sedang berada di dapur. Ia hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada. Pria itu terlihat sangat seksi dengan tubuh kekarnya yang mengkilap karena basah oleh keringat. Didukung oleh tinggi tubuhnya yang menjulang sekitar 196 sentimeter. Sementara Neissya sendiri setinggi 170 sentimeter.

Farenza berniat memasak mie instan. Rupanya ia kelarapan di tengah malam. Pria itu meletakkan panci berisi air di atas kompor.

Dengan hati-hati, Farenza menyalakan kompor agar tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkan istrinya.

Farenza menghela napas lega. Ia tinggal menunggu air di panci mendidih.

"Apa kau merokok lagi?"

Farenza terlonjak kaget mendengar suara istrinya dari belakang. Ia menoleh dan melihat Neissya yang berdiri tak jauh darinya.

Wanita itu mengenakan jubah tidur yang cukup panjang berwarna hitam membuat kulit putihnya semakin terlihat mencolok. Rambutnya yang panjang tampak agak berantakan, tapi itu membuatnya terlihat semakin seksi dan menggoda.

"Mana rokoknya?" Neissya mengulurkan tangannya.

Farenza menjelaskan, "Aku tidak merokok. Aku sudah berhenti merokok sejak menikah denganmu, Sayang."

"Benarkah?" Neissya menyipitkan matanya.

"Aku meninggalkan rokok selama dua tahun lebih demi kau, Sayang," sahut Farenza.

"Lalu kau sedang apa di dapur malam-malam begini?" tanya Neissya curiga.

"Aku lapar, jadi aku memasak mie instan," jawab Farenza.

Neissya mengernyit. "Tapi, bukankah tadi kita sudah makan malam bersama? Dan sekarang kau sudah merasa lapar lagi?"

Farenza memasang ekspresi berpikir. "Aku juga tidak tahu, kenapa belakangan ini aku mudah lapar."

"Kalau kau lapar, kau bisa membangunkanku lain kali. Aku yang akan memasak untukmu," ucap Neissya.

Farenza menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Aku tidak tega membangunkanmu, Sayang. Kau pasti lelah setelah seharian bekerja. Selain itu, aku bisa melakukannya sendiri."

"Hmm." Neissya berlalu pergi dari dapur.

Farenza tampak berpikir. "Jadi, 'Hmm' itu artinya apa? Apakah dia marah atau sekedar bergumam menanggapi perkataanku?"

Di ruang keluarga, Neissya tampak duduk di sofa sambil menonton TV dengan matanya yang mengantuk. Tidak ada acara bagus di TV pada jam tengah malam. Hanya film-film lama yang diputar ulang.

Farenza memasuki ruang keluarga dengan satu mangkuk besar berisi mie instan goreng. "Ayo, kita makan bersama."

Neissya menoleh sebentar pada suaminya. "Aku tidak lapar, makanlah."

"Apa kau marah?" tanya Farenza.

"Aku tidak marah." Neissya tersenyum dipaksakan.

"Aku minta maaf kalau aku membuatmu kesal," kata Farenza yang mengeluarkan jurus pria untuk mengakhiri perang dingin yang bahkan belum dimulai.

Neissya tersenyum. Ia menangkup wajah suaminya. "Aku tidak marah, Sayang. Aku harap kau tidak merahasiakan apa pun dariku termasuk rasa lapar. Aku istrimu yang harus menjagamu seperti saat kau menjagaku."

Farenza terdiam membeku. Tentu ia memiliki rahasia, sebuah rahasia yang sangat besar yang disembunyikan dari Neissya. Rahasia yang tidak mungkin bisa diterima oleh istrinya itu jika sampai mengetahuinya.

AMOREVOLOUSWhere stories live. Discover now