Part 20

22 0 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Langit gelap bertabur bintang.

Di dalam kamar terlihat sepasang suami-istri yang tengah tertidur di ranjang dengan posisi saling menghadap. Farenza tidak tidur. Ia menatap Neissya yang terlihat begitu tenang saat tertidur.

Tangan Farenza bergerak menyentuh dan membelai wajah istrinya dengan lembut.

Merasakan sentuhan suaminya, Neissya pun terbangun. Ia menatap wajah Farenza yang begitu dekat.

"Kau belum tidur? Bukankah ini sudah malam." Neissya memeluk leher Farenza sembari mengusap rambut suaminya itu seperti memperlakukan bayi agar segera tidur.

"Kau menyelamatkanku waktu itu?" tanya Farenza.

Neissya tidak menjawab.

⋅∘∙⊱⋅•⋅ Flashback On ∘∙⊱⋅•⋅

Farenza melihat Neissya yang menembaki orang-orang yang terus masuk ke dalam ruang kantornya. Tembakan Neissya tidak pernah meleset alias selalu tepat sasaran, padahal ia hanya menggunakan pistol biasa, bukan senapan.

"Dia sniper terbaik," ucap Rouvin pada Farenza yang ketahuan sedang memperhatikan Neissya.

Farenza menjadi teringat pada seseorang misterius bertopi hitam yang menolongnya sewaktu diserang assassin ketika ia membeli obat di apotek.

⋅∘∙⊱⋅•⋅ Flashback Off ∘∙⊱⋅•⋅

"Iya, itu memang aku," ucap Neissya.

Farenza tidak terkejut sama sekali. Ia sudah menduganya saat mengetahui kalau Neissya adalah mantan assassin dan juga sniper terbaik seperti yang dikatakan Rouvin.

"Tapi, saat itu kau sedang sakit," tutur Farenza.

Neissya mengangguk. "Ya, aku khawatir saat kau tidak kembali ke kamar. Aku sudah menduga kau pergi ke apotek untuk membeli obat. Tapi, saat itu...."

⋅∘∙⊱⋅•⋅ Flashback On ∘∙⊱⋅•⋅

Farenza terbangun saat mendengar suara Neissya yang meringis seperti kesakitan. Ia menyentuh wajah istrinya itu. Farenza terkejut karena suhu tubuh Neissya yang tinggi.

Ketika Farenza beranjak untuk mencari obat, tiba-tiba Neissya terbangun dan meraih tangan suaminya.

"Jangan tinggalkan aku," pinta Neissya.

"Aku hanya ingin mengambil obat di laci," kata Farenza.

Neissya pun melepaskan tangan suaminya. Namun, beberapa menit berlalu dan Farenza tidak kunjung kembali.

Neissya berusaha untuk bangkit. Ia memegangi kepalanya yang terasa begitu berat.

"Sayang? Farenza?" panggil Neissya.

Tidak ada jawaban.

Neissya beranjak dari tempat tidur untuk mencari suaminya. Namun, Farenza tidak ada di rumah.

"Kenapa dia malah keluar rumah? Membuatku khawatir saja," gerutu Neissya.

Langkah Neissya terhenti ketika melihat bayangan di lantai. Ada seseorang yang berdiri di belakangnya sembari menodongkan pistol.

Neissya pura-pura tidak tahu. Ia melangkah sembari terus memanggil suaminya, "Sayang?"

Saat mendengar suara pelatuk, Neissya segera melompat dan bersembunyi di balik patung besar.

AMOREVOLOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang