Part 10

22 2 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Neissya telah sampai di rumah. Ia segera keluar dari mobil dan memasuki rumah. Neissya mendapati Farenza yang duduk di sofa ruang tamu sambil menonton TV dan makan mie instan dalam cup. Mulutnya tampak penuh dengan mie instan.

Farenza menoleh ke arah istrinya yang berdiri di ambang pintu. Ia kebingungan melihat istrinya yang sudah pulang padahal jam baru saja menunjukkan pukul 11 siang.

Neissya menghela napas lega. Ia berhambur dan memeluk suaminya.

Farenza meletakkan cup mie instannya ke meja lalu memeluk Neissya sambil mengunyah mie dalam mulutnya. Ia tidak bisa bicara dengan mulut penuh.

"Aku tidak ingin kehilanganmu," kata Neissya dengan suara parau.

Farenza menelan mie-nya lalu ia bertanya, "Apakah kau pulang karena mengkhawatirkanku?"

Neissya mendongkak menatap Farenza tanpa melepaskan pelukannya sembari mengangguk.

Farenza mengusap keringat di kening Neissya menggunakan punggung tangannya. "Aku baik-baik saja. Aku meneleponmu karena aku hanya ingin memastikan kau makan siang."

Neissya menghela napas berat lalu melepaskan pelukannya. "Belakangan ini aku bermimpi buruk."

Farenza mendengarkan dengan serius. Ia berharap Neissya mencurahkan segala permasalahan yang membuatnya tertekan dan berubah akhir-akhir ini.

"Aku akan melindungimu." Neissya menatap Farenza dengan serius.

Farenza terdiam sejenak lalu ia tertawa. "Apa yang kau bicarakan? Kau mau melindungiku dari siapa? Aku tidak punya musuh."

Neissya menatap Farenza dengan serius. Ia sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi.

Farenza mengerutkan keningnya. Apa mungkin Neissya tahu kalau ada assassin yang mengincar kepalaku? Meski dia tahu aku adalah mantan assassin, mungkinkah dia ingin tetap bersamaku dan melindungiku?

☽༓☾

Malam harinya.

Farenza dan Neissya tengah tertidur lelap. Keduanya bergelung dalam selimut.

Farenza terbangun saat mendengar suara Neissya yang meringis seperti kesakitan. Ia menyentuh wajah istrinya itu. Farenza terkejut karena suhu tubuh Neissya yang tinggi.

Ketika Farenza beranjak untuk mencari obat, tiba-tiba Neissya terbangun dan meraih tangan suaminya.

"Jangan tinggalkan aku," pinta Neissya.

"Aku hanya ingin mengambil obat di laci," kata Farenza.

Neissya pun melepaskan tangan suaminya.

Farenza mencari obat di kamar sebelah. Namun, stok obat demam sudah habis. Ia memutuskan pergi ke luar untuk membeli obat yang dibutuhkan di apotek yang masih buka.

Beruntung masih ada apotek yang buka selama 24 jam. Farenza pun membeli obat yang dibutuhkan oleh Neissya.

Ketika Farenza akan menyeberang jalan, tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi ke arahnya.

"Awas!" Apoteker berteriak keras.

Farenza segera berlari dan berhenti di dekat tiang listrik. Mobil itu pun menabrak tiang listrik yang langsung roboh menimpa mobil tersebut.

Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Farenza segera pergi dari sana. Ia melihat ada beberapa CCTV di sekitar sana yang aktif. Farenza harus berpura-pura seperti kelinci yang dikejar serigala agar tidak dicurigai. Ia yakin besok pagi berita di TV Nasional akan menyiarkan kejadian hari ini jika Farenza terlambat menghubungi 'Departemen Pembersih'.

Pria gendut keluar dari dalam mobil. Ia melihat ke arah apoteker yang ketakutan saat melihatnya.

Pria gendut itu mengeluarkan sebuah cambuk berduri dari dalam mobil. Ia berjalan menghampiri apoteker. 

Sementara itu, Farenza tidak langsung pulang ke rumahnya karena ia tidak ingin assassin itu mengikutinya. Itu bisa membahayakan Neissya. Jadi, Farenza memilih untuk pergi ke tempat sepi yang jauh dari orang-orang dan juga tidak terpantau oleh CCTV.

Karena tidak membawa senjata, Farenza pun mengambil tongkat kayu yang tergeletak di sana. Ia duduk di tembok menunggu kedatangan assassin yang akan menghadapinya.

Tak lama kemudian, pria gendut itu telah sampai di tempat itu dengan membawa kepala si apoteker yang berlumuran darah di tangannya.

"Sudah lama tidak bertemu, Predator," ucap pria gendut itu.

"Babi Rakus?" gumam Farenza yang tampaknya mengenali pria gendut itu.

Babi Rakus melemparkan kepala si apoteker begitu saja. "Hari ini aku membawa cambuk berduri untuk memenggal kepalamu. Apakah kau sudah tahu berapa harga kepalamu saat ini?"

Tentu Farenza tahu, tapi ia tidak berniat menjawab pertanyaan si Babi Rakus.

"Aku tahu kau sudah berhenti menjadi predator, kau sudah pensiun dari dunia assassin. Kau sudah memiliki kehidupan baru sekarang bersama seorang istri yang cantik. Tapi, itu tidak membuatmu hidup tenang, kan?" Babi Rakus tertawa meledek.

"Aku sudah melewati masa pemutihan sebagai bentuk pensiun secara resmi. Seharusnya namaku tidak terdaftar lagi di web assassin," ucap Farenza.

"Dunia sudah berubah, Predator. Karena sekarang kau sudah berhenti menjadi assassin, maka kau bukan Predator lagi." Babi Rakus menyerang Farenza.

Terjadi perkelahian yang sengit antara assassin dan mantan assassin di tempat sepi tersebut.

Tongkat kayu Farenza patah terkena belitan cambuk Babi Rakus. Namun, itu bukan masalah bagi Farenza. Ia masih bisa melawan dengan tangan kosong.

Babi Rakus menghentakkan cambuknya ke leher Farenza. Namun, dengan cepat Farenza meraih cambuk tersebut dengan tangannya lalu ia melompat ke atas tubuh Babi Rakus dan menjerat lehernya menggunakan cambuknya sendiri.

Dengan sekuat tenaga, Farenza menarik cambuk tersebut hingga membuat kepala Babi Rakus terputus. Tubuh tak berkepala itu pun terkulai dan ambruk ke tanah.

Farenza juga tersungkur jatuh. Ia melihat ada kran air di sana. Ia pun membersihkan tangannya yang berlumuran darah Babi Rakus dan juga darahnya yang terkena duri cambuk.

Tiba-tiba sebuah tembakan melesat dan mengenai lengan Farenza.

Karena mendapatkan serangan mendadak, Farenza pun segera bersembunyi di tempat gelap.

Seseorang berjas biru gelap berdiri tak jauh dari sana. Ternyata ia adalah assassin lain yang juga mengincar Farenza. Pria itu membawa dua pistol yang sudah dipasangi peredam di tangannya. Pandangannya tertuju pada Babi Rakus yang tergeletak tak bernyawa.

"Predator, keluarlah. Lebih baik kau menyerahkan diri. Aku hanya ingin mengambil kepalamu," ucap pria itu sambil menodongkan pistolnya ke tempat gelap di depannya.

Tiba-tiba Farenza keluar dari kegelapan dan menyerang pria itu. Mereka berdua pun terlibat perkelahian. Luka di lengan Farenza tidak membuatnya kesulitan sama sekali. Bahkan ia sempat mematahkan lengan pria assassin itu.

Tanpa mereka sadari, terlihat seseorang berpakaian serba hitam dengan topi dan masker berdiri di atap gedung seberang. Ia membawa senapan di tangannya dan membidik ke arah kedua pria itu.

Tembakan melesat dan mengenai leher assassin berjas biru hingga tersungkur jatuh, tapi tidak mati.

Farenza terkejut. Ia mendongkak menatap ke arah tembakan tersebut. Farenza bisa melihat orang misterius bertopi hitam itu. Kemungkinan dia adalah seorang penembak jitu alias sniper.

Saat assassin bangkit dan mencoba menembak Farenza, si sniper kembali menarik pelatuknya dan menembak kepala si assassin berkali-kali hingga tewas seketika.

Farenza berlari menuju ke gedung seberang untuk mendatangi si sniper, tapi orang misterius itu sudah pergi.

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

12.52 | 1 Desember 2021
By Ucu Irna Marhamah

     

AMOREVOLOUSWhere stories live. Discover now