Part 11

31 2 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Tiba-tiba Farenza keluar dari kegelapan dan menyerang pria itu. Mereka berdua pun terlibat perkelahian. Luka di lengan Farenza tidak membuatnya kesulitan sama sekali. Bahkan ia sempat mematahkan lengan pria assassin itu.

Tanpa mereka sadari, terlihat seseorang berpakaian serba hitam dengan topi dan masker berdiri di atap gedung seberang. Ia membawa senapan di tangannya dan membidik ke arah kedua pria itu.

Tembakan melesat dan mengenai leher assassin berjas biru hingga tersungkur jatuh, tapi tidak mati.

Farenza terkejut. Ia mendongkak menatap ke arah tembakan tersebut. Farenza bisa melihat orang misterius bertopi hitam itu. Kemungkinan dia adalah seorang penembak jitu alias sniper.

Saat assassin bangkit dan mencoba menembak Farenza, si sniper kembali menarik pelatuknya dan menembak kepala si assassin berkali-kali hingga tewas seketika.

Farenza berlari menuju ke gedung seberang untuk mendatangi si sniper, tapi orang misterius itu sudah pergi.

Farenza teringat dengan ucapan Babi Rakus mengenai istrinya. Karena khawatir dengan keselamatan Neissya, Farenza memilih untuk segera pulang ke rumah

Tidak menutup kemungkinan assassin lain mencoba membobol rumahnya dan melukai istrinya.

Sesampainya di rumah, Farenza segera pergi ke kamar. Ia melihat Neissya yang masih tertidur di ranjang dan terlihat baik-baik saja.

Farenza pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Tidak lupa ia mencuci tangannya yang masih mengeluarkan darah. Sekalian ia juga mengeluarkan peluru dari lengannya tanpa kesakitan sama sekali.

"Sayang?" suara Neissya yang memanggil dari dalam kamar.

"Iya, Sayang?" Farenza keluar dari kamar mandi lalu menghampiri istrinya.

"Kau dari mana? Kenapa lama sekali?" tanya Neissya yang berusaha bangkit dan duduk.

Farenza membantu Neissya untuk duduk. "Aku pergi ke apotek untuk membeli obat. Aku akan mengambil makanan dari dapur. Tunggu sebentar, ya. Kau harus makan sebelum minum obat."

Neissya hanya mengangguk.

Setelah memberikan Neissya makan, Farenza menunggu beberapa menit lalu ia memberikan obat.

"Tidurlah." Farenza membaringkan istrinya.

Keesokan harinya, suhu tubuh Neissya tidak kunjung menurun. Karena khawatir, Farenza membawanya ke rumah sakit.

Selain demam tinggi, dokter mengatakan kalau Neissya mengalami stres berat. Namun, keadannya akan membaik setelah mendapatkan perawatan.

Farenza setia menemani Neissya. Ia duduk di kursi samping ranjang rawat.

"Sebenarnya apa yang menjadi beban pikiranmu, Neissya? Kenapa kau tidak terbuka padaku?" tanya Farenza pelan.

Sementara Neissya tampak tertidur karena pengaruh obat.

Farenza masih memikirkan sniper yang menolongnya semalam. Ia tidak mengerti kenapa orang itu menyelamatkannya kemudian pergi.

Keesokan harinya, Neissya diperbolehkan pulang setelah keadaannya membaik.

Farenza melihat berita di TV. Tidak ada kabar terkini tentang kejadian kemarin malam. Artinya Departemen Pembersih melakukan tugasnya dengan baik. Padahal Farenza tidak sempat menelepon mereka, karena ia lupa dan terburu-buru pulang untuk melihat keadaan istrinya.

AMOREVOLOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang