Part 05

47 5 2
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Hilda tampak fokus mengerjakan pekerjaannya. Ia duduk di kursinya dan mengutak-atik komputer. Tiba-tiba wajah Neissya muncul dari balik layar komputer.

"Ah!" Hilda terlonjak kaget. "Nyonya Hadrian? Ada yang bisa aku bantu?"

"Apakah aku membuatmu terkejut?" Neissya tidak bermaksud mengagetkan sekretarisnya itu. Ia hanya ingin menyapanya, tapi tidak langsung berbicara saat melihat Hilda yang begitu serius.

"Tidak juga." Hilda tersenyum kaku sambil menepuk-nepuk dadanya sendiri seolah menenangkan jantungnya yang berdegup kencang.

"Maafkan aku karena datang tiba-tiba dan membuatmu kaget. Ini sudah malam, kenapa kau belum pulang? Pekerjaanmu sudah selesai, kan?" ucap Neissya diakhiri dengan pertanyaan.

"Tidak apa-apa, Nyonya. Iya, pekerjaanku sudah selesai, tapi aku masih senang berada di sini," kata Hilda.

"Bagaimana dengan pacar barumu? Kau bilang kau ada kencan dengannya malam ini," goda Neissya.

Hilda tersipu malu. "Tapi...."

"Pulanglah lebih awal, kau harus menemuinya tepat waktu, jangan terlambat," kata Neissya.

"Terima kasih, Nyonya Hadrian. Kalau begitu, aku permisi." Hilda mengangguk hormat.

"Hati-hati di jalan, dandan yang cantik, yaaaa," sahut Neissya.

Hilda mengangguk. "Iya."

Neissya tersenyum sambil melihat punggung Hilda yang menghilang di balik pintu.

"Gadis seumurannya harus menikmati masa muda yang menyenangkan," gumam Neissya.

Tiba-tiba ponsel Neissya di meja berdering. Ia mengambilnya dan melihat ada telepon yang masuk, tapi tidak ada nomor dan juga namanya. Neissya mengernyit. Meskipun begitu, ia tetap mengangkat panggilan tak dikenal itu.

"Halo?"

Tidak ada jawaban dari seberang sana.

"Halo? Dengan siapa ini?" Neissya kembali bersuara.

Masih tidak ada jawaban.

Ketika Neissya akan mengakhiri panggilannya dengan sepihak, si penelepon pun bersuara.

☽༓☾

Hadrian Corporation

"Kenapa dia tidak menelepon? Tadi dia bilang, dia akan meneleponku lagi. Apakah dia masih sibuk di kantornya? Ini sudah malam," gumam Farenza.

Terdengar suara pintu dibuka tanpa diketuk terlebih dahulu. Farenza menoleh. Seseorang memasuki ruangannya tanpa permisi. Ternyata itu adalah wanita berambut pirang yang tadi pagi memperhatikannya ketika datang.

"Tuan Hadrian belum pulang?" Wanita itu duduk di atas meja Farenza dan menggoda pria di depannya yang notabene adalah atasannya sendiri.

"Apa yang kau lakukan? Bukankah seharusnya kau sudah pulang bersama karyawan lain?" tanya Farenza dingin.

Wanita cantik itu tersenyum. Dari name tag di jasnya tertera nama Megan. Wanita itu menyembunyikan pisau yang diselipkan di bagian belakang roknya.

"Aku bersedia menemanimu malam ini, Tuan Hadrian. Tidak akan ada yang tahu, kok." Megan memainkan jemarinya di wajah Farenza.

Farenza menepis tangan Megan. "Jaga sikapmu, aku atasanmu!"

Megan menggenggam tangan Farenza yang barusan menepis tangannya. "Sebentar saja."

Farenza segera menarik tangannya sebelum Megan meletakannya di payudaranya.

AMOREVOLOUSWhere stories live. Discover now