Part 17

25 1 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

"Aku memberitahu Neissya tentang hal ini, karena aku ingin melindunginya," ucap Rouvin.

Farenza menautkan alisnya. "Apa kau menyukai istriku?"

"Iya, memangnya kenapa?" sahut Rouvin tanpa keraguan.

Farenza terlihat semakin kesal. "Beraninya kau mengatakan itu di depan suaminya? Dia istriku!"

"Memangnya kenapa kalau dia istrimu. Aku masih bisa merebutnya darimu," gerutu Rouvin.

"Orang ini!" Farenza beranjak dari tempat duduknya.

"Kenapa? Kau tidak suka?" Rouvin juga berdiri. "Aku yang bertemu dengannya lebih dulu, tapi dia malah menikah denganmu."

Farenza beralih pada Neissya. "Sayang, dia ingin merebut posisiku dari hatimu."

Neissya menghampiri kedua pria itu. Ia pun bersuara, "Mereka pasti akan datang ke mari. Kita pasti kalah jumlah."

Farenza dan Rouvin menghela napas berat karena Neissya mengalihkan pembicaraan.

Neissya melanjutkan, "Lambat laun mereka pasti akan menemukan kita di sini melalui alat pelacak yang ditanam di tubuh kita sewaktu pelatihan dulu.

Kita tidak bisa keluar dari negara ini meski kita menyamar menjadi warga sipil. Data kita pasti akan muncul di riwayat administrasi tiket kalau kita naik kendaraan umum seperti kapal atau pesawat untuk keluar dari negara ini.

Seperti yang kita ketahui di negara ini pasti ada oknum yang memiliki pekerjaan ganda sebagai assassin atau sniper. Dan tentu saja mereka melanggar kode etik.

Pilihan kita satu-satunya adalah melawan mereka. Mungkin ini akan sulit, karena kita hanya bertiga."

"Aku belum siap mati, jadi mari kita lakukan." Rouvin meletakkan tangannya di depan.

Farenza dan Neissya menggabungkan tangan mereka.

Setelah itu, mereka mempersiapkan diri dan juga jebakan di sekitar gubuk.

"Predator yang ada dalam benakku tidak sesuai ekspektasi. Aku pikir Predator itu adalah assassin yang berdarah dingin dan keren," celetuk Rouvin.

Neissya menyahut, "Ya, aku juga berpikir begitu."

Farenza yang terdiri tak jauh dari mereka jelas mendengarnya. "Hei, aku mendengar percakapan kalian."

Tentu Farenza mendengarnya. Pelatuk dari jarak jauh saja bisa terdengar olehnya apalagi orang yang berbicara dengan jarak tak terlalu jauh.

Farenza menghampiri istrinya. Ia menunjuk gubuk tersebut. "Ini tempat apa?"

"Gubuk ini bekas rumah orang tuaku," jawab Neissya.

Farenza terdiam sejenak. Kemudian ia kembali bertanya, "Bagaimana jika gubuk ini meledak?"

"Tidak apa-apa," sahut Neissya.

☽༓☾

Jam menunjukkan pukul 9 malam.

Terlihat beberapa mobil tiba di pantai. Pria-pria berjas itu keluar dari mobil dan memeriksa gubuk. Tiba-tiba gubuknya meledak. Ternyata Rouvin sudah memasang bom rakitan di sana.

Beberapa pria berjas yang berdiri di dekat mobil pun satu per satu tumbang terkena tembakan Neissya dari jarak jauh. Neissya bersembunyi di balik pepohonan bakau. Ia bisa dengan leluasa membidik mereka semua dari sana.

Dengan senapan serbu, Farenza menembak mobil-mobil itu hingga meledak dan terbakar.

Rouvin berada di balik semak-semak. Ia menggunakan teropong untuk melihat keadaan sekitar dan memastikan tidak ada orang yang selamat.

AMOREVOLOUSWhere stories live. Discover now