Part 07

36 3 3
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Jam menunjukkan pukul 7 malam. Farenza tiba di rumahnya. Ia mendapati Neissya yang ternyata sudah pulang lebih dulu. Neissya masih memakai jasnya menandakan kalau istrinya itu juga baru sampai di rumah. 

Neissya tampak duduk di sofa ruang keluarga sambil melamun.

Farenza menghampirinya dan duduk di sampingnya. "Apakah kau baik-baik saja?"

Neissya menoleh pada Farenza lalu menganggukkan kepalanya sebagai respon dari pertanyaan suaminya itu.

Berbeda dari sebelumnya, kali ini Neissya tidak bisa lagi menyembunyikan kekhawatirannya.

"Apakah terjadi sesuatu?" tanya Farenza yang menjadi khawatir pada istrinya.

Lagi-lagi Neissya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Kau pasti lapar, aku akan memesan makanan." Farenza mengeluarkan ponselnya untuk memesan makan malam.

Neissya tidak merespon. Ia menatap suaminya yang sedang mengotak-atik ponsel. Tersirat tatapan yang tidak terbaca dari sorot mata Neissya.

Farenza menoleh pada Neissya. Sejenak keduanya saling menatap sebelum Neissya memutuskan kontak terlebih dahulu setelah beberapa detik kemudian.

Apa mungkin... Neissya sudah tahu tentang masa laluku? Tanya Farenza dalam hati.

Neissya beranjak dari sofa. "Aku mandi dulu, ya."

Farenza mengangguk.

Tak lama kemudian, kurir pengantar makanan yang dipesan Farenza telah datang dan menekan bel rumah.

Farenza membuka pintu untuk mengambilnya.

Kurir bertopi itu tersenyum ramah sembari menyerahkan pesanan Farenza. "Ini pesanannya, Tuan."

"Terima kasih." Farenza menerimanya.

Kurir itu pun pergi.

Farenza pun menutup pintunya, tapi tiba-tiba rentetan tembakan mengenai pintu rumah Farenza hingga roboh.

Farenza berguling dan bersembunyi di balik sofa. Ia mendongkak menatap ke tangga lantai dua dan berharap Neissya masih sibuk mandi dan tidak melihat ini.

Di luar rumah, terlihat kurir pengantar makanan yang tadi berdiri dengan senapan serbu di tangannya. Ternyata ia adalah pembunuh bayaran. Si kurir pun masuk dan melihat ke sekeliling ruangan.

Farenza mengeluarkan pisau milik Megan dan menyerang si kurir dari samping. Terjadilah perkelahian yang cukup sengit.

Si kurir menembak dengan membabi buta ke segala arah yang menyebabkan ruangan menjadi berantakan dan barang-barang pun rusak berserakan di lantai.

Perkelahian yang cukup sengit itu membuat Farenza sedikit kewalahan pasalnya si kurir memiliki ukuran tubuh yang lebih besar darinya dan lebih kuat pula.

Farenza juga khawatir kalau-kalau Neissya mendengar suara keributan dan tiba-tiba muncul. Jadi, ia lebih fokus meminimalisir suara keributan tersebut.

Di satu kesempatan, Farenza berhasil menusuk perut si kurir dengan pisau Megan. Cairan kental berwarna merah langsung terciprat ke wajah Farenza. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Farenza menerjang dada pria di depannya itu lalu menusuk lehernya. Hanya dengan pisau itu, si kurir langsung tewas seketika dengan darah yang mengalir deras.

Farenza segera menelepon seseorang. "Bersihkan rumahku tanpa ada suara sedikit pun. Saat ini istriku ada di rumah, jangan sampai dia tahu."

Setelah mengatakan itu, Farenza menutup panggilannya. Ia menaiki tangga menuju ke lantai dua. Dari luar kamar, Farenza mendengar suara gemericik air. Ia yakin istrinya masih mandi. Dengan begitu, Farenza segera masuk ke kamar mandi yang merangkap dengan kamar lain di lantai dua untuk membersihkan diri.

AMOREVOLOUSWo Geschichten leben. Entdecke jetzt