Part 21

32 0 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Farenza telah sampai di rumah. Ia keluar dari mobilnya. Seandainya ia melihat ke seberang jalan, orang-orang dari Departemen Pembersih sedang sibuk mendorong mobil mereka ke dalam kegelapan untuk bersembunyi.

"Bukankah mereka sama-sama assassin?" tanya salah satu dari mereka.

Yang lain merespon, "Benarkah? Aku tidak memperhatikan."

"Iya, itu Predator, sementara istrinya adalah Athena. Tapi, kenapa mereka sama-sama menyembunyikan masalah masing-masing?"

"Mungkin mereka mengikuti kode etik assassin? Bukankah mereka sama-sama sudah pensiun dan melewati masa pemutihan?"

Satu orang lainnya menghampiri kedua orang yang sedang menggosip itu. "Kita juga punya kode etik untuk tidak ikut campur urusan (pribadi) assassin. Tugas kita hanya membersihkan tanpa ketahuan."

Farenza memasuki kamar. Ia melihat Neissya yang tertidur pulas di ranjang dan terlihat baik-baik saja.

Sebenarnya Neissya hanya pura-pura tidur. Kakinya masih basah, karena baru selesai membersihkan diri tadi.

Farenza pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Tidak lupa ia mencuci tangannya yang masih mengeluarkan darah. Sekalian ia juga mengeluarkan peluru dari lengannya tanpa kesakitan sama sekali.

Neissya menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat. "Sayang?"

"Iya, Sayang?" sahut Farenza dari dalam kamar mandi. Pria itu keluar dari kamar mandi lalu menghampiri Neissya.

"Kau dari mana? Kenapa lama sekali?" tanya Neissya yang berusaha bangkit dan duduk.

Farenza membantu Neissya untuk duduk. "Aku pergi ke apotek untuk membeli obat. Aku akan mengambil makanan dari dapur. Tunggu sebentar, ya. Kau harus makan sebelum minum obat."

Neissya hanya mengangguk.

Setelah memberikan Neissya makan, Farenza menunggu beberapa menit lalu ia memberikan obat.

"Tidurlah." Farenza membaringkan istrinya.

Saat Farenza sudah tidur, Neissya melihat luka sayatan yang tidak rapi di kedua telapak tangan Farenza. Neissya tidak tahu kalau Farenza juga mendapatkan luka tembakan di lengannya.

Neissya bangkit dari tempat tidurnya. Ia mengambil obat untuk mengobati luka tersebut tanpa memberikan perban.

Karena ada assassin yang menyerang Farenza, Neissya menjadi semakin tertekan dan khawatir. Sehingga di keesokan harinya, kondisi Neissya semakin memburuk. Farenza pun membawanya ke rumah sakit.

⋅∘∙⊱⋅•⋅ Flashback Off ∘∙⊱⋅•⋅

Farenza mencerna penjelasan Neissya. Ia pun bersuara, "Saat itu kau melihatku berkelahi dengan assassin. Bukankah seharusnya kau tahu kalau aku adalah assassin pada waktu itu juga?"

"Dari sudut pandangku, kau sedang diserang, bukan sedang berkelahi. Jadi, aku pikir kau berada dalam bahaya, bukan berada dalam perkelahian," sahut Neissya.

Farenza mengangguk-anggukkan kepalanya. "Terima kasih, Sayang."

Neissya tersenyum kecil. "Bukankah aku sudah bilang kalau aku akan melindungimu?"

"Iya, aku selalu ingat dengan ucapanmu," jawab Farenza.

☽༓☾

Neissya tetap memasak meski ia memiliki keterbatasan dalam mengecap rasa. Namun, sekarang ia menggunakan sendok takaran (dikombinasikan dengan takaran atau porsi makanan itu sendiri) sebagai tolak ukur rasa dari masakannya.

AMOREVOLOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang