Part 1 : Rumah Oma

428 13 0
                                    

- • Happy Reading • -

Rindang pepohonan di kanan dan kiri jalanan membuat sejuk suasana di pagi hari ini bercampur dengan hangatnya sinar mentari.

Udara dingin lama-kelamaan membuat seorang gadis terbangun dari tidurnya. Kedua mata cantik itu mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang masuk dari celah kecil jendela mobil.

Tangannya bergerak melepas headset yang terpasang di telinganya semalaman tanpa lagu yang terputar. Ia mengusap wajahnya sambil merubah posisi duduknya agar lebih nyaman.

Jendela mobil dia buka agar lebih leluasa melihat pemandangan jalan yang indah. Si cantik tersenyum melihatnya, beberapa orang tua bersama sepeda tua malah mengira gadis itu tersenyum menyapa sehingga mereka pun membalas dengan anggukan kecil.

Bukannya terganggu gadis itu malah semakin senang, artinya dia sudah dekat dengan tempat tujuan.

Ia raih tas biru besar yang ada di sampingnya untuk mengeluarkan sesuatu. Sebuah pensil dan buku untuk mengabadikan pemandangan indah yang dilihat nya ke sebuah coretan gambar.

Apa yang dilakukan gadis itu tak luput dari wanita paruh baya yang diam-diam memperhatikan. Senyumnya memang terbit namun tak lama hilanglah senyum itu seraya melirik pria di sampingnya yang tengah fokus pada jalanan di depan mereka.

Tak ada yang berani ataupun ingin membuka suara, pria berstatus suami serta seorang Ayah itu meminta istrinya untuk membiarkan aja anak mereka tanpa mengajaknya bercanda atau berbicara.

Gadis yang ada di bangku belakang itu nampak tak peduli, dia malah terlihat sibuk dengan dunianya sendiri.

Sepanjang jalan si cantik hanya terdiam menatap pepohonan yang hampir satu jam ini menemani perjalanan mereka. Ia melepas jaket dan menyimpan kembali bukunya.

Dia pasang kembali headset di salah satu telinganya, memutar lagu yang dapat mengusir kebosanannya.

Matahari mulai naik semakin tinggi, mobil hitam itu sudah berada di jalanan desa dan semakin dekat ke tempat tujuan.

Mobil berhenti di depan sebuah rumah sederhana dengan halaman luas dan pohon mangga yang sudah berbuah.

Sang Ayah turun dari mobil lebih dulu diikuti si Ibu yang hendak membuka pintu mobil.

"Aesa!" satu kata keluar dari mulut sang Ibunda memanggil nama anaknya.

Gadis pemilik nama itu terkejut mendengarnya, "Iya, Bun?" tanya Aesa yang menghentikan kegiatannya hendak mengambil koper.

"Bunda bantu ya" pinta Elisa, Ibu Aesa, sambil tersenyum pada putrinya.

Aesa mengangguk, "Boleh".

Dengan segera mereka keluar dari mobil, kedatangan mereka ternyata di sambut oleh Asih, tetangga baik hati yang selama ini merawat rumah sederhana yang sudah beberapa tahun di tinggalkan pemiliknya.

"Pagi Budhe" sapa Elisa kemudian menyalami Asih yang akrab di panggil Budhe sama seperti suaminya.

Aesa mengikuti kedua orangtuanya sambil memberi senyum manis pada Budhe Asih.

"Cantik ya" puji Asih mengusap singkat kepala Aesa.

"Terimakasih, Budhe" balas Aesa sopan.

"Gimana, Budhe?" tanya Satrio, Ayah Aesa, pada Asih tentang rumah yang akan ditempati.

"Sudah Budhe bersihkan, sudah rapi semuanya" jawab Asih semangat, "Memangnya kalian tinggal di sini berapa lama?".

Satrio melirik singkat Aesa yang hanya diam menunggu jawaban sambil terus memperhatikan sekitar, "Kemungkinan sampai Aesa lulus" jawabnya.

My Lovely Ghost | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang