Part 32 : Menjadi bulan

87 6 0
                                    

- • Happy Reading • -

Sebuah buku bergambar makan-makanan yang terlihat enak dengan resep serta cara pembuatannya tergeletak begitu saja di atas meja.

Si empu tengah berada di dapur setelah menghafal resep tersebut, sibuk dengan adonan di dalam loyang yang sedang dihias dengan beberapa potong buah pisang.

Ia kemudian memasukkan adonan ke dalam oven kompor yang tadi dia pinjam dari sang Budhe.

Seseorang datang setelah beberapa saat, "Bisa, Es?" tanyanya.

Gadis itu menggeleng dengan polos, "Bantuin, Ndah" pintanya.

Indah turun tangan membantu Aesa sambil mengajari gadis itu cara menggunakan oven kompor.

"Kamu udah bilang sama Ibu kan?" Indah memastikan agar nanti Ibunya tidak salah paham.

"Udah, Budhe juga bilang mau bantu kok" jawab Aesa.

Mengingat itu membuat Aesa terpikir Chandra, seharian ini sosok itu tidak muncul setelah dia marahi kemarin di taman belakang sekolah.

"Menurut kamu gimana, Ndah?" lirih Aesa bertanya.

"Yang kamu lakukan bener kok, Es" ucap Indah menjawab pertanyaan Aesa, "Kamu bantu dia biar bisa tenang di alamnya".

Indah mendekat saat melihat netra Aesa mulai berkaca-kaca, "Es, kenapa?".

Manik hitam itu melirik ke atas mencegah air mata yang hendak turun, "Harusnya gue ikut bahagia ya".

Indah mengangguk, "Memangnya kamu gak seneng akhirnya dia bisa pergi dengan tenang?".

"Karena gue gak mau Chandra pergi" lirih Aesa.

Indah memeluknya dari samping, sejauh apa hubungan Aesa dengan makhluk itu sampai membuat gadis itu jadi seperti ini.

"Bahagianya Chandra, bahagia kamu juga" ujar Indah berusaha menenangkan Aesa.

Bukan hanya Aesa, sosok yang menjadi topik pembicaraan mereka pun merasakan hal yang sama. Dia tak sabar bertemu dengan sang Ibu, tapi jika terus melihat Aesa sedih karenanya membuat hatinya terasa pedih.

Tak di ketahui oleh mereka jika sedari tadi ada yang memperhatikan, raut wajahnya sedih sama seperti Aesa.

"Nanti malam, Alya nginep di sini" ucap Indah memberi tahu, "Kita temenin kamu".

Aesa tersenyum dibuatnya, "Makasih ya".

Banyak cerita indah yang Aesa ukir di desa ini, benar kata orang jika setiap masalah pasti ada hikmahnya.

Dan kini akan Aesa cari sisi baik dari setiap masalah yang dihadapinya. Dirinya dan Chandra memang tak akan pernah bisa bersama bagaimanapun caranya, maka dari itu keduanya harus rela saling melepaskan.

Setelah brownies pisang yang mereka buat matang, Indah mengajak Aesa bersepeda berkeliling desa hanya untuk sekedar melepas penat sekaligus mengalihkan segala yang menganggu pikirannya.

"Sebentar aja ya, Nduk" ujar Asih pada Indah yang hendak mengambil sepedanya, "Nanti sebelum magrib harus sudah di rumah".

Indah mengiyakan saja kemudian berlalu bersama Aesa yang melambai singkat kepada Asih.

Di lain tempat melaju sebuah mobil membelah jalanan yang ramai lancar menuju ke sebuah desa sebelum hari gelap.

Sorot jingga kemerahan dari matahari yang terbenam menjadi teman perjalanan mereka.

"Ibu, gak apa-apa?" tanya sang anak pada Ibunya yang sedari tadi terdiam melihat pemandangan dari balik kaca jendela mobil.

Wanita itu mengedipkan matanya beberapa kali tersadar dari lamunan, "Iya, gak apa-apa"

My Lovely Ghost | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang