Part 2 : Hari baru

132 7 0
                                    

- • Happy Reading • -

Langit gelap diterangi oleh bintang dan bulan yang bersinar terang, Aesa tak henti-hentinya menatap pemandangan indah itu dari teras rumahnya.

Suasana memang sepi namun karena belum terlalu malam jadi masih ada orang berlalu lalang dengan sepeda motor.

Beberapa juga melayangkan sapa kepada Aesa yang tersenyum ramah kepada mereka.

Di tengah ketenangan hatinya menikmati indahnya malam, sang Ibu muncul di ambang pintu meminta Aesa untuk masuk ke dalam rumah.

Aesa menurut saja, dia masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi kayu yang ada di ruang tamu.

Sang Ayah sedang memeriksa kertas-kertas dan merapikannya kembali ke dalam map warna merah, Elisa duduk di samping suaminya lalu mengusap singkat lengan Satrio.

Aesa tak berani membuka suara, dadanya terasa sesak tiba-tiba.

"Mulai besok kamu bisa langsung berangkat ke sekolah" ujar Satrio dengan ketus terkesan tak acuh.

Aesa hanya mengangguk, dia sendiri tak tahu merespon seperti apa yang harusnya dia berikan.

"Jalan kaki, deket, dari sini bisa kamu liat gedung sekolahnya" lanjut Satrio, ia lalu menggeser map merah itu lebih dekat dengan Aesa.

"Selanjutnya urus saja sendiri" Satrio kemudian beranjak sambil mengibaskan tangannya tanda perbincangan telah selesai.

Aesa mengambil map merah itu setelah sang Ayah hilang dari pandangan. Elisa mendekat mengintip yang anaknya baca, "Besok laporan dulu sama guru piket atau langsung ke ruang TU, biar dianter ke kelas".

"Bunda beneran pulang?" tanya Aesa menatap dalam mata sang Ibunda.

Elisa tidak bisa menjawab apapun selain hanya menganggukkan kepalanya sambil membelai lembut surai hitam anaknya.

Aesa tersenyum setelahnya, "Bunda emang istri yang baik" ucap gadis itu lalu beranjak hendak menuju ke kamarnya.

Mendengar ucapan Aesa membuat wanita itu berpikir, apakah dia bukan Ibu yang baik?.

Aesa berdiam diri di kamarnya, tetap menatap gemerlap bintang dari jendela kamarnya yang tertutup. Angin malam masuk ke dalam ruangan melalui ventilasi di atas jendela yang hanya dihalau jaringan besi tipis.

Gadis itu menggerakkan kepalanya pelan ke kanan dan ke kiri seolah ada musik dalam kepalanya saat ia sedang melihat bulan.

Tangannya menggapai buku khusus yang menyimpan banyak hasil coretan nya, dia mencari halaman kosong untuk mengabadikan pemandangan indah yang dia lihat lewat gambar.

Brak!

Aesa dikejutkan dengan kotak pensilnya yang jatuh begitu saja, gadis itu terdiam beberapa saat memastikan bahwa benda itu terjatuh karena tersenggol oleh sikunya.

Ia turun dari kursi untuk memasukkan kembali alat tulis yang berserakan di lantai itu ke tempatnya.

Sambil mengemasi alat tulisnya, Aesa terpikir suatu hal yaitu menanyakan keberadaan ponselnya.

Sejak memasuki rumah ini Aesa belum menyentuh lagi ponselnya yang entah dimana. Gadis itu mengambil tasnya yang berwarna senada dengan langit untuk memeriksa kembali isinya.

Aesan bernafas lega saat menemukan ponselnya ada di dalam saku tasnya.

Duduk di lantai dan bersandar pada ranjang, Aesa membuka ponselnya lalu muncul beberapa pesan yang sudah ia duga menanyakan tentang pindahnya dia dari sekolah.

My Lovely Ghost | SELESAIWhere stories live. Discover now