Part 24 : Bu Hana

59 5 0
                                    

- • Happy Reading • -

Waktu sudah lewat tengah malam, tapi gadis yang kini berbaring di tempat tidurnya itu masih terjaga.

Ucapan Chandra masih saja terngiang di kepalanya. Gadis itu mengubah posisi menghadap dinding, melihat lukisan beberapa ekor kupu-kupu yang dia lukis bersama Chandra.

"Jujur gue takut" Aesa mengeratkan selimutnya, "Tapi Chandra terima aja kalau gue belum bisa bales perasaannya".

Gadis itu meraih ponselnya yang ada di meja berharap setelah itu dia akan mengantuk dan pergi tertidur.

Satu pesan masuk dari Liam membuat Aesa ragu untuk membukanya, tetapi ia jadi ingat untuk mengirim pesan pada Ibunya.

Bunda Es

Bunda\
Senin besok Es ada ujian semester\

Aesa menepuk dahinya sendiri, harusnya ia menyatakan rindunya pada sangat Ibunda bukan malah memberi informasi yang tidak ada hubungannya dengan isi hatinya.

Gadis itu meletakkan kembali ponselnya tak lupa memasang alarm agar dapat bangun lebih pagi.

Tak lama netranya kembali terbuka, "Chandra gak nembak gue kan?" pikiran itu muncul tiba-tiba di benaknya.

"Dia kan cuma bilang kalau dia ada rasa sama gue, gak lebih" gadis itu kembali mengubah posisi tidurnya menjadi berbaring menatap kelambu motif bunga yang sudah pudar warnanya itu.

"Kalau gue inget-inget lagi, Liam dulu pernah bilang gitu ke gue" Aesa bermonolog, "Malahan dia bilang lebih jelas kalau dia suka sama gue".

"Tapi ya gue gak gimana-gimana, kata Liam cuma bercanda jadi gak apa-apa".

Mata Aesa menyipit melihat cahaya lampu remang di langit kamarnya itu, "Atau mungkin Chandra bercanda juga? Tapi kayaknya enggak deh, sopan banget masuk ke hati gue".

Karena kesal Aesa menendang selimutnya sampai tempat tidur terlihat berantakan, "Gue gak bisa tidur!".

"Indah! Tidur sini!" rengek gadis itu.

***

Kota tembakau, itulah julukan untuk sebuah kota dimana desa yang kini Aesa tinggali berada.

Banyak dari warga desa yang bekerja sebagai petani tembakau dan hasil panen mereka akan disebar luaskan ke berbagai daerah.

Sepulang dari pasar, Indah mengajak Aesa untuk melihat petani tembakau bekerja. Udara yang sejuk serta pemandangan indah gunung dengan awan yang ada di puncaknya menambah kesan menakjubkan.

Aesa tak henti-hentinya kagum dengan semua ciptaan-Nya yang sangat indah ini, ia meminta Indah untuk menghentikan sepedanya guna melihat pemandangan dengan lebih nyaman.

"Dulu Ibuku juga kerja di sini" ucap Indah, "Tapi sekarang udah enggak, udh tua katanya".

"Gimana rasanya, Ndah?" tanya Aesa, "Melihat pemandangan cantik ini setiap hari".

Indah tersenyum canggung, "Aku jarang ke sini, harusnya kamu tanya itu ke Anis".

"Tapi kalau tanya aku, rasanya lega" jawab Indah, "Liat dari sini aja udah sebagus ini, bikin terus bersyukur sama Tuhan".

Aesa mengangguk setuju. Indah naik kembali ke sepedanya, "Udah yuk, laper nih".

Gadis itu tertawa kecil kemudian naik ke boncengan sepeda Indah, si empu kembali mengayuh sepedanya pulang ke rumah untuk memasak dan sarapan.

My Lovely Ghost | SELESAIWhere stories live. Discover now