Part 14 : Pasar

63 4 0
                                    

- • Happy Reading • -

Siang telah berganti malam, saatnya untuk bersantai karena besok adalah hari libur. Aesa duduk di tepi ranjang, dia sedang berbalas pesan dengan Alya membahas tugas sekolah dan materi yang gadis itu lewatkan selama meninggalkan kelas.

Malam ini Aesa akan tidur bersama Indah lagi, sembari menunggu ia akan membuat tungku untuk acara makan bersama kecil-kecilan.

Sore tadi ia pergi bersama Indah membeli ikan, untuk saus sambal sebagai pelengkapnya akan mereka buat sendiri.

Aesa menyusun beberapa batu bata, dia patahkan beberapa ranting kayu lalu membuat api. Baru saja api menyala, suara ketukan pintu bersama dengan seruan Indah terdengar dari luar.

"Masuk aja, Ndah!" seru Aesa membalas yang entah terdengar atau tidak.

Aesa membuka lebar-lebar pintu dapur, terlihat Indah datang membawa nampan berisi ikan yang sudah dibaluri dengan saus sambal racikan sendiri.

Mereka sudah tidak sabar, besi yang berbentuk layaknya jaringan diletakkan di atas tungku dengan api yang sudah sedikit membesar.

"Besok jadi ikut ke pasar?" tanya Indah, ia sibuk membolak-balikan badan ikan yang sudah kecoklatan.

Aesa mengangguk, "Jadi" jawabnya.

"Eh, nasinya" Aesa bangkit mengingat panci di atas kompor yang sudah sedari tadi dia letakkan.

Harum nasi bercampur bawang putih dan daun pandan langsung menusuk indra penciuman, selagi masih hangat dipindahkannya nasi pada tempat dari anyaman bambu yang bisa disebut wakul.

Ia kembali pada Indah, sudah ada dua ikan yang matang dan tersisa tiga lagi, "Lucu banget Bapak kamu baru tau kalau aku cewek".

Indah mengernyit, "Loh, emang iya?".

Aesa tertawa kecil, "Emang gak cerita?".

Indah duduk setelah lelah berjongkok, "Waktu Ibu marah terus langsung ke sini gak sih? Katanya Bapak bawa laki-laki yang mau nginep di rumah ini, sama kamu".

Aesa tertawa sambil mengangguk, "Itu temen ku dari kota, kasian juga sih dateng jauh-jauh ke sini cuma sebentar".

"Aku gak tau, gak berani tanya Ibu" balas Indah.

Suara tawa menghiasi malam mereka, seperti ini rasanya. Aesa merasa lebih leluasa bercerita dengan Indah, biasanya dia akan sedikit kesal dengan Liam karena tidak paham keluh kesah seorang gadis.

Alhasil Liam hanya bisa diam mendengarkan ceritanya tanpa merespon apapun. Punya banyak teman ternyata menyenangkan, tapi lebih menyenangkan lagi saat beberapa dari mereka merupakan seorang yang setia.

Kedua duduk lesehan di lantai dapur yang dingin, nasi putih hangat yang dipasangkan dengan ikan bakar menjadi menu makan malam mereka.

"Oh iya, Bapak udah bolehin kok kalau aku mau sering tidur di sini" ucap Indah disela kegiatan makan mereka, "Jadi kamu ada temennya deh kalau malem".

"Gak sering juga gak apa-apa kok, Ndah" balas Aesa, "Aku juga udah biasa kok".

"Jangan gitu dong, Es" Indah merengek, "Aku jadi ngerasa bersalah".

"Kenapa? Kamu gak salah kok" ujar Aesa.

"Dulu kan kamu selalu aja aku buat nginep, tapi akunya gak bisa" ucap Indah, "Sekarang bisa kok".

Aesa tertawa kecil, "Iya, udah lah makan dulu".

Mereka melanjutkan makan sampai selesai, dilanjut menonton televisi sampai larut malam. Aesa yang tidak terlalu suka dengan sinetron lantas membiarkan Indah menonton, sedangkan ia pergi ke dapur untuk membuat teh.

My Lovely Ghost | SELESAIWhere stories live. Discover now